31. Ngamuk

1.8K 168 84
                                    

Sebelum baca seperti biasa jangan lupa follow Author-nya dulu bagi yang belum. Dan, tap bintang juga ya tong poho.

Happy reading
❤️❤️❤️

Seperti yang sudah orang tuanya rencanakan. Akhirnya, pertemuan keluarga digelar dan mendapat tanggal bagus untuk acara pernikahan Alfa dan Syilla. Semua sepakat untuk tidak berlama-lama lagi menunggu, mengingat Alfa dan Syilla sudah sering tinggal bersama. Ya meskipun status mereka sah di mata agama, tapi tetap saja harus ada pengakuan dari publik bahwa mereka sepasang suami istri.

Santy memutuskan untuk tinggal di Jakarta hingga pernikahan itu digelar. Dia harus mengurus segala bentuk tetek bengek pernikahan anaknya, karena sangat tidak mungkin dia membiarkan Alfa mengurus sendiri.

"Keluarga Syilla kan kaya raya, Al. Kita bawa apa ya buat seserahannya? Mereka pasti punya segalanya," tanya Santy bingung.

Alfa yang sedang mengerjakan desain pada kertas gambarnya menoleh sesaat. "Ya, bawa seperti pernikahan pada umumnya, Ma."

"Nggak kayak bawaan Reksa, 'kan?" tanya Santy dengan tenggorokan yang agak sedikit tercekat. Mengingat barang yang Reksa bawa untuk anaknya di luar nalar.

"Ya, enggaklah. Jangan samakan. Alfa aja masih jadi buruh orang masa mau bawa begituan. Duit dari mana?"

Santy meringis. "Padahal kamu kan laki-laki biasa saja, kenapa Syilla bisa cinta sama kamu ya? Mama yakin yang suka anak Pak Anton itu pasti orang-orang tajir melintir."

Alfa mendesah, dia menarik tiap-tiap sub ordinat pada gambar sketsa yang dia buat. "Aku nggak tau, kenapa Mama nggak tanya sendiri saja sama Syilla?"

Santy kembali meringis. Setelah melihat rumah keluarga Reksa dan ditambah keluarga Syilla, Santy cuma bisa mengelus dada. Karena besan-besannya itu ternyata keluarga konglomerat. Padahal anak-anaknya itu biasa-biasa saja, tapi kenapa pintar sekali menjerat crazy rich seperti mereka? Tidak Lyra, tidak Alfa, keduanya sama-sama dibucinin orang-orang tajir melintir.

Padahal jujur saja, Santy mengharapkan jodoh anak-anaknya itu dari kalangan biasa. Karena dia juga cukup sadar diri. Tapi, apa mau dikata kalau ternyata orang yang dia sodorkan tidak ada yang nyantol di hati kedua anaknya.

"Mama kan mau kamu juga dihargai sama keluarga mereka, makanya mama usahain kamu biar bawa sesuatu yang pantas."

"Ya nggak usah mewah banget, Ma. Semampu kita aja. Lagi pula, keluarga mereka juga nggak nuntut apa-apa."

"Iya, sih. Cuma Mama sebagai orang tua kan nggak enak kalau cuma bawa sesuatu yang biasa."

Alfa menghentikan pekerjaannya, lantas beranjak menghampiri Santy yang duduk di tepian tempat tidur. Dia tahu kekhawatiran ibunya itu. Diraihnya tangan sang mama yang sudah merawatnya dari kecil itu.

"Mama nggak perlu cemas, ya. Syilla dan keluarganya nggak pernah nuntut aku macam-macam. Mereka baik dan menerima aku apa adanya. Bahkan saat mereka tahu aku bukan anak kandung mama dan papa, mereka tidak mempermasalahkan itu. Pedoman mereka hanya aku bisa bertanggung jawab dan menyayangi anaknya." Alfa harap ucapannya bisa membuat sikap insecure mamanya berkurang.

Santy mengangguk-angguk." Iya, Mama ngerti."

Alfa menarik sudut bibirnya. "Jadi, Mama nggak perlu memaksakan sesuatu yang kita nggak mampu. Oke?"

***

Alfa baru akan keluar dari ruang kerjanya ketika junior arsiteknya memberi tahu bahwa ada seorang wanita yang menunggunya di lobi. Alfa tersenyum lebar dan meminta junior arsiteknya untuk mempersilakan wanita itu masuk ke ruangannya. Siapa lagi tamunya kalau bukan Syilla? Wanita itu memang berencana mampir ke kantor untuk makan siang bersama. Hanya saja sekarang masih sekitar tiga puluh menitan lagi untuk menuju jam makan siang.  

Dear, My Pretty 🔞 ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang