Bab 8. Tekanan Ayah Reina

31 15 3
                                    

Bayu membuka bungkusan yang dibeli saat perjalanan pulang. Masih memakai seragam, dia menyiapkan peralatan makan dan memindahkan isi bungkusan ke wadah, lalu menatanya di meja. Cowok itu sudah menghubungi ibunya agar tidak perlu repot-repot membeli makanan lagi karena dia yang akan menyiapkan makan malam romantis bersama sang ibu. Setelah semua selesai tertata rapi di meja makan, tidak lupa dia menaruh lilin di tengah meja. Kemudian, dia ke kamarnya di lantai dua untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Bayu turun saat mendengar suara mobil ibunya memasuki pekarangan rumah. Dia sudah segar dan memakai baju santai, lalu berjalan ke pintu untuk menyambut sang ibu.

"Selamat malam, Mama Cantik." Bayu membukakan pintu dan langsung memeluk serta mencium pipi ibunya.

Meri, ibu Bayu menyipitkan mata menatap putra semata wayangnya itu setelah melepaskan pelukan. "Tumben anak Mama jam segini udah di rumah? Pakek segala mau nyiapin makan malam romantis. Ada apa?"

Bayu tertawa mendengar pertanyaan Meri yang langsung kena. Wanita itu hafal sekali gelagat putranya kalau sedang ada maunya.

"Aku tuh lagi kangen makan berdua sama Mama. Masa nggak boleh? Tadi, sih niatnya mau ngajak makan di luar, tapi kalo dipikir-pikir lebih enak makan di rumah biar kayak keluarga lainnya gitu." Meri mengusap kepala Bayu setelah mendengar perkataan putranya itu.

"Kamu kangen Papa? Mama nggak pernah larang kamu buat ngunjungi Papa kalo kamu mau." Mereka berjalan bersisian dengan Bayu menggandeng lengan Meri.

"Aku yang nggak akan pernah mau ngunjungi laki-laki itu. Mama terlalu baik sama laki-laki yang udah nyakitin dan ninggalin Mama gitu aja. Aku udah anggep papaku mati sejak lama."

"Hus, nggak boleh ngomong gitu. Gimana juga dia tetep papamu." Meri menghentikan langkah di ruang keluarga persis di depan tangga, lalu menatap dan menggenggam tangan Bayu yang mengepal.

Bayu segera menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. "Iya, Ma, iya. Maafin aku yang kebawa emosi. Suasana romantisnya jadi hilang." Dia memasang wajah cemberut.

"Ya udah, kita lupain masalah Papa. Sekarang, Mama mandi dulu aja, ya. Kamu tunggu bentar. Badan Mama rasanya lengket semua, nggak enak. Abis itu kita makan bareng. Oke, Sayang." Meri segera menaiki tangga menuju kamarnya setelah mengecup singkat kening Bayu.

Bayu berbalik dan duduk di sofa depan televisi, lalu menyalakannya. Dia tidak repot-repot mengganti saluran televisi di hadapannya, dia hanya butuh ada suara yang menemani. Rumah Bayu cukup besar untuk ditinggali dua orang. Rumah yang terdiri dari dua lantai di kawasan kompleks Permata Ungu itu memiliki pekarangan yang cukup luas dengan berbagai macam tanaman tertata rapi. Garasi di bagian kiri rumah mampu menampung tiga mobil. Ruang tamu dengan interior serba putih, ruang keluarga di bawah tangga, lalu dapur dan ruang makan yang menyatu. Lantai dua berisi dua kamar yang masing-masing berukuran 4 x 4 m dengan kamar mandi dalam.

Rumah itu terlalu sepi bagi Bayu saat Meri masih bekerja. Sehingga, dia lebih memilih bermain ke rumah Alfredo sepulang sekolah dan baru pulang malam hari saat Meri sudah di rumah. Mereka memiliki pembantu yang bertugas membersihkan rumah dan memasak, tetapi pembantu tersebut tidak menginap. Cowok itu mengambil ponsel dari saku celana, mulai melihat notifikasi yang masuk, ada satu notifikasi BBM dari Tya langsung dibuka.

TyaAnas: Bay, besok nggak usah jemput. Kita ketemu di depan sekolah aja, ya. Jam 06.30. Jangan telat!

Bayu tersenyum membaca BBM dari pacar barunya itu. Dia tergoda untuk menjahili cewek itu.

BayuFerdi: Enggak. Besok aku tetep jemput ke rumahmu.

TyaAnas: Apaan, sih? Nggak usah bikin masalah baru, ya?

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang