Lapangan kompleks sore ini cukup sepi. Hanya terlihat Vian dan Dito yang sedang berlatih basket, serta tiga remaja cewek yang duduk-duduk di tepi lapangan setelah berlari keliling. Kedua cowok itu melakukan permainan one to one dengan hanya menggunakan setengah lapangan. Vian mendribel bola dengan Dito siap berdiri menghadang di depannya. Namun, cowok yang sudah seperti kakak bagi adik Tya itu berhasil melewatinya. Cowok yang mengenakan baju jersei tanpa lengan berwarna biru dongker itu melakukan gerakan triple threat berupa pivot, drive, dan shooting, membuat lawannya kewalahan. Dito sempat mengumpat karena Vian berhasil mencetak skor lagi. Terdengar tepuk tangan dari ketiga cewek yang menonton mereka dan mengelukan nama Vian, hal itu makin membuat cowok yang telah kalah memajukan bibir.
Kedua cowok itu duduk di tepi lapangan di seberang tiga cewek yang masih betah berada di sana, mungkin mereka berharap bisa menyaksikan pemandangan seperti tadi. Ketiga cewek itu saling berbisik saat seseorang datang ke lapangan dan menghampiri dua cowok yang sedang meneguk air dalam botol.
"Hai, Dit. Makin jago aja kayaknya, nih," sapa Bayu yang mendapat balasan dari Vian, sementara Dito hanya mendengkus.
"Lama nggak keliatan, Bay?"
"Biasa, sibuk sama hal lain." Tatapan Bayu beralih kepada mantan calon adik iparnya itu. "Oh, iya, Dit. Tya kenapa beberapa hari nggak masuk sekolah?"
Pertanyaan itu membuat Dito menggeram. Dia berdiri dan langsung menerjang Bayu. Satu pukulan telak mendarat di pipi cowok yang tidak sempat menangkis itu.
"Berengsek! Bisa-bisanya masih nanyain keadaan Mbak Tya setelah apa yang udah kamu lakuin sama dia."
Ketiga cewek yang masih berada di sana berteriak sambil berdiri, lalu menutup mulut saat Dito melayangkan pukulan kembali ke arah Bayu, hingga cowok itu tersungkur. Mereka sempat berteriak meminta tolong, tetapi tidak ada seorang pun yang lewat.
Vian segera menahan Dito agar tidak melayangkan tinjunya lagi kepada cowok yang berusaha bangkit itu.
"Udah, Dit. Kamu nggak liat mereka ketakutan?" ucap Vian sambil menunjuk ketiga cewek yang saling merapatkan tubuh dengan matanya.
"Kalian bisa pulang aja. Ini cuma salah paham, kok."
Ketiga cewek itu mengangguk kompak dan langsung berlari meninggalkan lapangan kompleks.
"Lepasin! Dia harus dikasih pelajaran biar nggak seenaknya aja sama Mbak Tya. karena dia ganteng dan pinter main basket, dia pikir bisa nyakitin Mbak Tya gitu aja? Enggak. Dia salah. Karena Mbak Tya masih punya aku yang bisa bikin dia babak belur." Dito berkata sambil terus berusaha melepaskan diri dari kungkungan Vian dengan dada yang naik turun dan napas memburu.
"Dit, kamu mau bikin Tya sama Tante kecewa? Mending kamu pulang sekarang. Biar aku yang urus Bayu."
Vian perlahan melepas Dito dan tetap siaga kalau-kalau cowok itu menerjang Bayu lagi.
Dito menarik napas panjang, lalu mengembuskannya, sementara Bayu duduk dan menyeka cairan kental berwarna merah di sudut bibirnya.
"Kalo bukan karena Mas Vian, udah abis kamu sama aku," ancam Dito kepada Bayu yang mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah.
Kini tinggal dua cowok idola dari sekolah yang berbeda duduk bersama di tengah lapangan basket setelah kepergian Dito yang masih menyimpan marah itu. Vian memberikan botol minumnya untuk digunakan Bayu membersihkan luka. Mereka terdiam sambil menatap langit selama lima menit. Akhirnya, Vian memulai obrolan.
"Masih untung tadi yang mukul Dito. Kalo aku udah pasti ancur itu muka."
"Sialan! Biarpun Dito yang mukul, mukaku udah hancur, nih." Bayu menunjukkan sudut bibirnya yang robek dan muka lebamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Couple [TAMAT]
Teen FictionKehidupan SMA Tya Anastasya baik-baik saja sebelum Reina, teman semasa SMP yang hanya memanfaatkan kepintarannya pindah ke sekolah yang sama. Reina mengancam bahwa Tya akan kehilangan beasiswa jika cewek pintar itu tidak mau membantunya seperti dulu...