Bab 13. Satu Masalah Kecil

28 9 6
                                    

Sudah satu bulan lebih Tya berpacaran dengan Bayu. Hal itu jelas mengundang banyak perhatian, terutama bagi penggemar Bayu. Apalagi rekor pacaran Bayu selama ini hanya bertahan paling lama tiga minggu. Mereka sudah menunggu kabar putusnya hubungan Bayu dan Tya. Namun, yang mereka lihat justru Bayu makin dekat dengan pacarnya itu.

Reina juga makin kebakaran janggut. Karena kedekatan Bayu dan Tya, dia tidak memiliki celah untuk mengusik mantan teman SMP-nya itu lagi. Akhirnya, dia mencari cara lain dengan menggunakan penggemar Bayu di sekolah. Reina mulai menyebarkan gosip tentang Tya yang sengaja memanfaatkan Bayu untuk jadi siswa populer. Selain itu, dia juga menghasut mantan-mantan Bayu agar membenci Tya dengan mengompori mereka jika cewek itu sengaja bersikap cuek agar mendapat perhatian dari cowok idola sekolah itu.

Sementara Reina sibuk menghasut sana-sini, Bayu dan Tya makin tidak terpisahkan. Mereka hanya terpisah saat di kelas karena tidak duduk sebangku dan setelah pulang sekolah. Itu pun kalau Bayu tidak ada jadwal mengajari Tya Matematika dan apel malam Minggu. Meski Bayu sudah mengetahui jika Tya sebenarnya lebih pintar dari yang ditunjukkan cewek itu selama ini, dia tetap datang ke rumah sang pacar tiga kali seminggu. Alasannya, agar lebih meyakinkan mama Tya kalau mereka benar-benar pacaran. Bahkan, waktu Tya bersama Vian juga makin terkuras habis. Mereka tidak lagi berangkat atau pulang sekolah bareng, karena Bayu selalu standby tepat waktu.

Tya berjalan bersisian bersama Bayu menuju kantin pada jam istirahat pertama. Cewek itu baru saja selesai mengeluh kepada cowok di sampingnya mengenai suasana kantin yang sangat ramai, tiba-tiba seorang siswi menabrak Tya dari depan. Beruntung, Bayu sigap menarik Tya untuk bergeser hingga minuman yang dibawa siswi tersebut tidak jadi membasahi seragam sang pacar.

Siswi yang menabrak Tya itu meminta maaf, lalu pergi dengan mengentakkan kaki. Tya yakin jika siswi itu kecewa karena gagal mengerjainya.

"Kamu nggak apa-apa, Ty?" Tya menoleh ke kanan kepada cowok beken yang digemari banyak siswi di sekolahnya itu.

Belum sempat Tya menjawab, Bayu sudah menariknya kembali dan dengan sengaja menginjak kaki yang menjulur keluar dari bangku.

"Sori, nggak sengaja. Lagian kaki pakek dikeluarin segala dari bangku. Keliatan banget mau ngejegal orang." Tya menahan tawa sambil menarik Bayu menjauh dari meja siswi yang mengelus kaki itu.

"Ty, sori, ya! Kamu beneran nggak apa-apa?"

"Enggak apa-apa, kok. Santai aja. Udah risiko jadi pacar orang top di sekolah." Bayu tersenyum mendengar lelucon dari Tya.

Bayu mengajak Tya untuk duduk bersama anggota Geng Siswa Populer, di sana juga ada Alfredo dan Cecilia. Namun, Brenda berdiri dan menentang keberadaan Tya di antara mereka.

"Sori, nih, Bay. Tya bukan anggota kita. Jadi, kalo kamu mau pacaran, mending cari meja lain. Kita masih ada diskusi."

"Yaelah, Nda. Tya pacarku ini, dia juga berhak, dong, ada di sini."

"Sejak kapan pacarmu jadi anggota Geng Siswa Populer? Kalo mau jadi anggota kita harus kasih prestasi dulu, dong."

"Kok jadi ngegas? Cecil aja pacar Edo bisa jadi anggota." Tya manarik tangan Bayu agar menghentikan perdebatan itu, tetapi Bayu tidak memedulikannya.

"Jelas bedalah. Cecil masih ada prestasi menangin lomba debat. Kalo dia cuma pacar Edo dan nggak kasih prestasi apa-apa, aku juga bakal usir dia dari anggota."

"Brenda!" tegur Alfredo yang merasa temannya itu sudah keterlaluan.

"Kenapa? Belain aja terus. Apa-apa sekarang Tya. Semuanya aja Tya." Brenda pergi meninggalkan kantin diikuti anggota Geng Siswa Populer lainnya. Menyisakan Alfredo, Cecilia, Tya, dan Bayu.

Di sisi lain, Reina tersenyum melihat perpecahan mulai terjadi. Tanpa susah payah, dia bisa menikmati kehancuran Tya secara perlahan.

Tya sempat berdiri ingin menyusul Brenda, tetapi Bayu mencegahnya. "Biarin aja, Ty. Kalo diladenin makin jadi, tuh, anak." Tya menoleh kepada Cecilia dan Alfredo yang kompak mengangguk menyetujui ucapan Bayu.

Mereka berempat kembali ke kelas setelah bel masuk berbunyi. Sepanjang sisa hari itu Tya hanya diam di kelas sambil memikirkan perkataan Brenda di kantin tadi. Dia tahu memang ada benarnya perkataan salah satu anggota Geng Siswa Populer itu. Cewek itu mulai berpikir untuk menerima tawaran mengikuti olimpiade Kimia.

Pulang sekolah, Tya masih harus menunggu Bayu latihan basket. Seperti biasa, dia duduk di pinggir lapangan sambil membaca novel yang dibawanya. Cecilia juga menemaninya karena cewek itu menunggu Alfredo yang masih latihan paskibraka di lapangan upacara. Sekitar pukul tiga sore Cecilia berpamitan kepada Tya untuk mendatangi Alfredo.

"Kalo gitu aku mau ke toilet dulu sebelum pulang." Tya ikut berdiri setelah memasukkan novel ke dalam tas.

"Eh, kalo gitu aku temenin dulu, deh," ucap Cecilia menunda niatnya menemui Alfredo.

"Enggak usah, Cil. Cuma ke toilet ini. Aku sendiri aja."

"Beneran?" Tya mengangguk. "Ya udah nanti aku balik ke sini lagi kalo Edo udah selesai."

Tya pergi ke toilet yang berada di ujung koridor lantai satu, dia bertemu dengan Brenda di dalam. Sempat canggung sebelum akhirnya Tya mencoba menyapa cewek itu. Mereka saling meminta maaf, lalu berpisah. Di luar toilet, Brenda menoleh ke sekeliling untuk memastikan keadaan sepi. Terlintas ide untuk mengerjai Tya. Cewek itu merasa iri karena Tya mendapat perlakuan spesial dari Bayu maupun Alfredo.

Saat Tya hendak keluar toilet, pintunya terkunci. Dia berteriak meminta tolong dan menggedor pintu berharap ada yang mendengarnya. Namun, Tya tersadar jika sekolah sudah sepi. Cewek itu mengambil ponsel dari tas untuk menghubungi Cecilia, tetapi benda itu tidak mau menyala. Dia akhirnya hanya bisa duduk bersandar di pintu sambil menangis, menunggu keajaiban datang.

Hampir setengah jam Tya duduk bersandar di pintu sambil menangis, tetapi belum ada bala bantuan yang datang. Dia yakin Cecilia dan yang lain pasti kebingungan mencarinya. Cewek itu memutuskan untuk berhenti menangis, lalu berdiri dan mencoba menggedor pintu lagi.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara kunci terbuka. Tya sangat bersyukur saat melihat penjaga sekolah membuka pintu untuknya. Dia segera keluar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Tidak lupa juga dia berterima kasih kepada lelaki paruh baya yang telah menolongnya itu.

Tya berjalan didampingi oleh penjaga sekolah menuju lapangan basket. Dari kejahuan, dia melihat sosok Bayu yang berlari menghampirinya disusul Cecilia dan Alfredo. Cewek itu terkejut saat tiba-tiba Bayu menariknya ke pelukan cowok itu.

"Mbaknya tadi kekunci di toilet. Untung saya tadi ngecek setiap ruangan sampe toilet. Kalo nggak mungkin si Mbaknya nginep di sekolah," jelas penjaga sekolah tersebut kepada Bayu.

"Makasih, Pak," balas Bayu setelah melepas pelukannya.

"Iya, saya pamit duluan." Penjaga sekolah tersebut meninggalkan mereka berempat.

"Kita pulang sekarang?" Tya mengangguk sebagai jawaban.

"Kita pulang sekarang?" Tya mengangguk sebagai jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang