Bab 16. Syarat Baru Penerima Beasiswa

22 9 2
                                    

Tya masih senyum-senyum di sepanjang koridor lantai satu menuju ruang kesiswaan. Saat bel istirahat berbunyi, seorang petugas tata usaha ke kelas XI IPA 3 untuk memanggilnya dan Bayu sempat menawarkan diri menemani, tetapi langsung ditolak. Cewek yang memakai kardigan biru muda itu masih mengingat jelas kejadian kemarin. Dia begitu senang bisa menghabiskan hari Minggu bersama sang pacar dan sahabatnya. Sudah lama sejak terakhir kali dia liburan bersama sang ayah juga adiknya. Dia harus berterima kasih kepada Bayu karena membuatnya bisa merasakan hal itu kembali.

Sebelum pulang, Bayu sempat mengajaknya makan di Hot Plat Beji, tetapi Tya menawarkan pergi ke tempat lain. Akhirnya, mereka makan tahu telur langganan cewek itu dengan almarhum ayahnya. Sesuai bayangannya, cowok itu suka banget dengan makanan pinggir jalan yang tidak kalah dengan menu di resto. Dia bersyukur bisa membuat Bayu tersenyum lagi setelah kejadian terakhir di taman hiburan itu. Apalagi saat mendengar ucapan sang pacar.

"Sori, ya buat hari ini. Apalagi tadi waktu mau pulang dari Dream Park. Aku belum bisa cerita tentang ... badut. Tapi, nanti kalo kita sudah dalam hubungan yang mengharuskan aku cerita semuanya. Pasti aku bakal cerita sama kamu."

Tya mulai berharap kalau mereka bisa ada dalam hubungan itu.

Sebelum benar-benar pulang, Bayu masih sempat mengajaknya mampir ke rumah cowok itu. Tya mendapat kejutan lagi karena ternyata mama Bayu adalah orang yang dikenalnya. Tante Meri, begitulah sapanya kepada pelanggan paling loyal dari katering kue sang mama.

Bayu menghentikan motornya di depan rumah dua lantai bercat putih. Tya turun dan memperhatikan rumah tersebut dengan seksama. Sementara Bayu membuka pagar lalu menuntun motornya masuk diikuti oleh Tya dari belakang. Tya sangat mengenal rumah itu, dia terus mengamati setiap sudut yang dilewatinya. Alamanda, amarylis, kembang sepatu, melati, mawar, dan bougenville yang ditanam di halaman depan rumah masih sama persis tatanannya dengan terakhir kali dia berkunjung ke rumah itu. Anggrek yang menempel di tembok, monstera yang diletakkan di dekat pintu utama juga masih sama persis dalam ingatannya.

"Bay, ini bukannya rumah Tante Meri?" tanya Tya kala Bayu bergabung dengannya setelah memarkir motor.

Bayu mengerutkan kening. "Kamu kenal sama Mama?"

"Mama? Kamu anaknya Tante Meri?"

Tepat saat itu pintu terbuka menampilkan wanita empat puluh tahunan yang terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Meri, mama Bayu, tersenyum lebar menyambut kedua remaja yang sedang kebingungan itu.

"Mama denger suara motor kamu sama suara pagar dibuka. Jadi, Mama langsung keluar," sambutnya ceria.

Tya memandang keduanya bergantian dan terlihat jelas kebingungan di wajahnya.

"Eh, kok bisa ada Tya di sini? Tante nggak lagi pesen kue sama mama kamu, loh."

Tya memaksakan senyumnya meski terlihat aneh. "Eh, iya, Tante. Memang nggak ada pesanan kue. Maksudnya, Tya ke sini juga nggak bawa kue." Meri tertawa mendengar jawaban Tya yang terbata.

"Dia ke sini sama aku, Ma," ucap Bayu seraya memasuki rumah meninggalkan Tya yang makin kebingungan.

"Ayo, Sayang masuk." Tya mengangguk dan mengikuti Meri masuk ke rumah.

Tya duduk di ruang tamu yang sama seperti saat dia menunggu pembayaran dari Meri untuk kue yang dipesan. Namun, saat ini dia berada di sana karena alasan lain. Alasan yang membuatnya canggung berhadapan dengan Meri. Dia memperhatikan setiap sudut ruang tamu tersebut, mencari sebuah foto yang menampilkan sosok Bayu. Namun, berapa kali pun dia mencarinya, tidak ada satu pun foto di ruangan itu. Jadi, bukan salahnya jika selama ini dia tidak mengetahui bahwa Bayu anak Meri.

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang