Bab 20. Perasaan Baru

21 9 2
                                    

Tya berada di Kolong Langit, sebutan untuk atap sekolah yang menjadi tempat untuk menenangkan diri. Setelah menghadapi amukan Bayu, kini dia harus disidang oleh Cecilia. Entah, kesalahan apa yang telah diperbuatnya, hingga mereka harus berseberangan. Cewek itu yakin jika keputusannya benar dan kali ini tidak akan mengalah kepada Bayu.

"Kalo nggak ada yang mau diomongin, aku balik ke kelas," ucap Tya saat sahabatnya masih diam sejak mereka tiba tiga menit yang lalu.

"Ty, aku tahu kamu suka sama Vian. Tapi, masalahnya status kamu itu sekarang pacar Bayu. Dan berita itu udah menyebar ke mana-mana. Nggak cuma di sekolah kita aja. Pasti sekolah Vian juga tahu kabar ini," ungkap Cecilia setelah memikirkan kata-kata yang pas. "Sori, Ty. Aku emang juga nggak suka sama Bayu. Tapi, kali ini aku setuju sama dia. Bukan gimana, sih. Tapi, kamu juga setuju waktu Bayu nawarin buat bantuin kamu dengan kalian pacaran, kan?" lanjutnya dengan membuat tanda petik di atas kepala saat mengucapkan kata pacaran.

Tya menghela napas, lalu mengembuskannya kasar. "Kenapa kamu jadi belain Bayu daripada aku? Kamu tau sendiri, kan, apa yang aku dapet dengan jadi pacar Bayu?"

"Ty, aku ngerti, kok. Tapi, yang kamu lakuin waktu turnamen basket kapan hari itu juga salah. Itu sama aja kamu nantangin cewek-cewek penggemar dua cowok beken itu dengan nemuin, bahkan pulang bareng Vian di depan Bayu. Sori, bukannya aku ikut-ikutan nyalahin kamu. Aku cuma mau kamu lihat dari sudut pandang Bayu juga."

Tya berjongkok sambil menutup wajahnya. Dia hanya ingin menghindari Reina. Namun, kenapa sekarang semuanya jadi rumit hanya karena dia bertemu dan pulang bareng Vian? Hal yang sebelumnya baik-baik saja, sekarang menjadi sumber masalah. Apa keputusannya menerima bantuan dari Bayu salah? Atau benar yang dikatakan sahabatnya jika dia sudah keterlaluan?

Tya masih berjongkok dan sekarang terdengar isakan serta pundaknya yang naik turun. Cecilia menunduk untuk membantu cewek itu berdiri, lalu memeluknya. Setelah beberapa saat mereka terdiam dan memberikan waktu kepada sahabatnya untuk menenangkan diri, pacar Alfredo itu membuka obrolan lagi.

"Aku ngerti apa yang kamu rasain, Ty. Tapi, aku juga nggak mau kamu jadi orang jahat yang nggak tau terima kasih."

Tya mengusap sisa air mata di pipi sebelum menanggapi ucapan Cecilia sambil menunduk. "Aku capek. Kamu tau sendiri gimana penggemar Bayu ngerjain aku? Aku kekunci di toilet dan terakhir mereka udah bikin aku malu di tengah lapangan. Sekarang, hanya karena aku ngobrol sama sahabatku dari kecil, Bayu marah besar dan nyalahin aku? Terus aku harus gimana?"

"Aku juga kesel banget kalo inget hari itu. Tapi, bukan berarti aku membenarkan perbuatanmu. Lebih baik, kamu omongin dulu sama Bayu. Cuma kalian yang bisa nyelesain masalah ini. Aku cuma bisa kasih saran yang terbaik aja. Keputusan tetep di tangan kalian." Ucapan Cecilia ada benarnya juga. Untuk saat ini, Tya dan Bayu butuh waktu untuk berpikir.

**

Tiga hari setelah pertengkaran itu, Bayu tidak lagi datang ke rumah Tya. Tidak ada lagi yang antar jemput sekolah, mengajari Matematika, tiba-tiba merangkul dan menggandeng, dan menjahilinya. Dia kehilangan sosok cowok yang hampir setiap hari selama empat bulan terakhir selalu bersamanya itu.

Bayu benar-benar kembali ke kebiasaannya sebelum bersama Tya. Cowok itu tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi kepada sang pacar. Dia kembali menerima cewek-cewek yang mendekatinya. Meski terlihat cuek, tetapi cowok itu tetap memperhatikan Tya dari kejauhan. Pernah suatu ketika cewek itu terkunci di ruang ganti saat jam pelajaran olahraga. Bayu membukakan pintu, lalu segera pergi sebelum sang pacar keluar. Bukannya dia tidak peduli lagi kepada cewek itu, tetapi dia berusaha untuk mengikuti saran dari Alfredo agar melepas Tya.

Cecilia mendesak Tya untuk berbicara degan Bayu dan meminta maaf kepada cowok itu. Bagaimanapun juga, dia tetap salah dengan apa yang sedang terjadi. Namun, cewek itu belum menemukan kesempatan yang tepat untuk berbicara dengan Bayu. Cowok itu selalu saja dikelilingi oleh cewek-cewek yang ingin menggantikan posisinya.

Kala pikirannya dipenuhi oleh Bayu, Gilang datang lagi untuk menagih jawaban. Meski masih ragu karena selama ini dia hanya bernyanyi untuk dirinya sendiri dan paling mentok hanya menjadi anggota paduan suara yang bernyanyi beramai-ramai, tetapi dia menyetujui permintaan ketua band itu. Cewek itu butuh pengalihan agar tidak memikirkan masalahnya dengan Bayu terus. Dia yakin, nanti ada saatnya untuk berbaikan dengan cowok itu.

"Kamu yakin dengan keputusan itu?" tanya Cecilia saat Tya menceritakan keputusannya.

"Ragu, sih. Tapi, kupikir nggak ada salahnya mencoba, kan? Aku juga butuh kesibukan lain biar nggak kepikiran Bayu terus. Lama-lama capek tau nggak mikirin hubunganku sama dia."

Cecilia tertawa mendengar ucapan terakhir sahabatnya itu. "Bilang aja kalo kangen. Pakek butuh kesibukan lain segala. Tapi, aku tetep dukung apa pun keputusan kamu. Nanti aku bakal berdiri paling depan kalo kamu tampil."

Kemudian, mereka tertawa bersama.

Berita mengenai jawaban Tya yang setuju untuk menjadi vokalis band sekolah sudah menyebar, bahkan belum ada satu hari. Berita itu sampai kepada Bayu dan membuatnya bergegas untuk menemui cewek itu. Cowok yang tadinya sedang latihan basket langsung melesat ke kelas untuk berbicara dengan sang pacar. Namun, saat memasuki kelas dia justru tertegun melihat cewek itu memakai kacamata dan menunduk fokus menulis sesuatu di mejanya. Hal itu mengingatkan dia kepada seorang cewek yang pernah dikaguminya saat SMP.

Bayu segera duduk di samping Tya yang masih fokus menulis. Cowok itu terus memandangi cewek di sampingnya sambil tersenyum-senyum.

"Enggak usah diliatin terus. Nanti suka," ucap Tya yang sebenarnya sudah sadar jika Bayu duduk di bangku Anya.

Bayu berdeham sebelum membalas. "Kamu jadi terima tawaran Gilang?"

Tya berhenti menulis, lalu menatap cowok yang masih mengenakan baju olahraga itu. "Kenapa? Kamu mau marah lagi?"

Sesuatu yang tak kasatmata telah menghantam tepat di dada saat Bayu mendengar pertanyaan Tya. "Ya nggak gitu. Kalo emang itu keputusan yang terbaik menurutmu, aku cukup dukung aja. Aku juga seneng, kok, dengerin kamu nyanyi apalagi sama main piano."

"Hem, oke." Tya lanjut menulis kembali. Dia tidak tahu harus membalas apa lagi. Bisa mengobrol berdua dengan Bayu lagi sudah membuatnya senang.

"Ty, kamu pernah ikut cerdas cermat waktu SMP?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Bayu itu sempat membuat Tya terdiam. Namun, dia segera menepiskan pikiran anehnya, lalu menjawab. "Kenapa? Kok tiba-tiba tanya itu?"

"Enggak apa-apa. Aku jadi inget sama cewek yang pernah ngalahin aku waktu cerdas cermat. Dia persis kayak kamu sekarang. Pakek kacamata sama nunduk fokus nulis."

"Tahun berapa itu? Dari SMP mana?"

"Tahun 2009, SMP Nusa Nasional."

Tya terdiam lagi sebelum membalas. "Serius? Itu, kan, SMP-ku."

"Beneran? Jadi, cewek yang waktu itu ikut cerdas cermat bareng Reina, kamu?"

"Iya. Kok kamu tau kalo Reina ikut?"

"Aku, kan, juga ada di sana, Tya."

Tya hanya mengangguk-angguk tanpa bertanya lebih lanjut mengenai cowok itu yang masih mengingat Reina dan justru melupakannya.

Bayu amat senang telah menemukan cewek yang pernah dikaguminya itu. Dia tidak mungkin melupakan momen tersebut. Momen saat cewek cupu membuatnya menjadi juara kedua. Kini, dia sudah memutuskan untuk tidak akan melepas Tya lagi, persetan dengan tujuannya balas dendam kepada Reina.

Namun, bagaimana jika Reina mulai mendekatinya lagi?

Namun, bagaimana jika Reina mulai mendekatinya lagi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang