Bab 17. Tawaran Baru

25 9 4
                                    

Seorang cowok menuntun Tya ke bangku dekat tangga. Mereka duduk bersama, tetapi tidak ada yang memulai pembicaraan. Sepertinya cowok itu tahu jika adik kelasnya butuh waktu untuk menenangkan diri, meski dia juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Dia hanya mengamati cewek yang sesekali menghela napas berat itu dalam diam, sesekali tersenyum melihat Tya mengubah posisi duduknya sambil memegang pelipis.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya cowok itu setelah sekitar dua menit mereka hanya diam.

Tya tampak berjingkat setelah mendengar suara cowok di sampingnya. Sepertinya, dia tidak menyadari kehadiran kakak kelas yang sedari tadi menemaninya itu. Dia terlalu fokus dengan berita yang baru saja diterimanya.

Setelah tenang, dan duduk kembali, Tya membuka suara. "Oh, maaf, Mas. Aku nggak tahu kalo Mas dari tadi masih di sini. Kupikir udah pergi," ucapnya sambil membenarkan posisi duduk menghadap sang kakak kelas. "Ah, ya, makasih udah nolongin tadi."

Cowok itu tersenyum sebelum menjawab, "Enggak masalah, santai aja. Oh, iya, kenalin aku Gilang kelas XII IPS 2."

Tya menyambut uluran tangan Gilang dengan menyebutkan namanya juga.

"Iya, aku tahu, kok. Namamu sering disebut-sebut seantero sekolah. Lagi terkenal kayaknya semenjak pacaran sama Bayu."

Pipi Tya memerah menahan malu dan senang sekaligus. Dia memalingkan wajah agar tidak terlihat oleh kakak kelasnya itu.

"Kebetulan banget bisa ketemu di sini. Aku juga lagi nyari waktu yang pas buat ngomong sama kamu."

Tya mengalihkan pandangannya kembali ke Gilang. Cewek itu mengerutkan kening mendengar ucapan cowok yang tersenyum ramah di hadapannya itu.

"Mas Gilang mau ngomong sama aku?" tanya Tya sambil menunjuk dirinya sendiri yang langsung mendapat anggukan pasti dari lawan bicaranya. "Ada perlu apa sama aku, Mas?"

Gilang yang merupakan ketua dari ekskul band itu menjelaskan maksud perkataannya untuk berbicara dengan Tya. Tanpa mereka sadari, beberapa siswa yang ingin pergi ke kantin memperhatikan mereka. Cewek yang menjadi pusat perhatian selama hampir dua bulan terakhir itu hanya diam sambil sesekali mengangguk menanggapi penjelasan kakak kelas di sampingnya.

"Jadi, maksud Mas Gilang. Mas Gilang mau ngajakin aku gabung sama band sekolah?" Kalimat pertama yang diajukan Tya ketika Gilang menyudahi penjelasannya.

Cewek itu tidak tahu harus berkata apa. Sebagian dirinya merasa senang luar biasa mendapat tawaran yang dia yakin tidak akan pernah datang dua kali ini. Namun, sebagian dirinya yang lain juga merasa tidak percaya diri untuk bergabung dalam ekskul cukup bergengsi itu.

"Iya, seperti yang aku bilang tadi. Aku udah tertarik sama suara kamu sejak lihat kamu waktu penilaian Kesenian kelas sepuluh. Kelompokmu bawa drama musikal dan kamu sendiri yang mainin piano sama nyanyi. Tapi, waktu itu aku belum kepikiran buat ngajakin gabung."

"Tapi, aku belum pernah nyanyi bareng grup band gitu, Mas. Nggak PD, deh."

"Enggak masalah, nanti kita latihan bareng. Aku juga sebenernya udah putus asa banget. Selama tiga tahun terakhir ini, grup band sekolah belum pernah memenangkan satu kompetisi pun. Dan aku baru dapet kabar kalo semester ini kesempatan terakhir buat kami. Kalo kami nggak bisa bawa pulang piala dalam festival musik empat bulan lagi, ekskul band bakal dibubarkan."

"Kok gitu? Bukannya sekolah nggak kekurangan biaya buat ekskul, ya? Kenapa?"

"Karena ekskul kami itu mahal, peralatan, listrik, kostum, dan masih banyak lagi. Kalo kami nggak bisa membagakan sekolah, jadi buat apa sekolah keluar banyak biaya, iya, kan? Pasti mereka mau menggunakan biaya itu untuk ekskul yang lebih menguntungkan. Kayak basket, misalnya."

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang