Bab 12. Kisah Tya

28 11 6
                                    

Setelah kejadian dua hari yang lalu, Bayu benar-benar menepati janjinya untuk melatih Dito pada Sabtu sore. Mereka bertemu di lapangan kompleks dengan Dito sengaja membawa dua temannya yang tempo hari meragukan omongan cowok itu. Mereka berlatih sekitar dua jam setelah melakukan pemanasan sebelumnya. Bayu memuji ketangkasan calon adik iparnya itu dalam mendribel bola, tetapi untuk kerja sama tim dan menembak bola ke ring, kemampuan Dito masih kurang.

Bayu membuat perjanjian dengan Dito untuk berlatih setiap akhir pekan. Kedua cowok itu cepat akrab karena memang sifat supel yang dimiliki mereka membuat mudah bersosialisasi. Mereka berpisah setelah sempat beristirahat sebentar dengan berselonjor sambil bersandar di bangku yang terbuat dari semen.

Bayu berkunjung ke rumah Tya setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Cowok itu berdiri di teras menunggu si pemilik rumah mempersilakannya masuk. Tya membukakan pintu, tetapi tidak langsung mempersilakan cowok itu masuk.

"Ngapain kamu ke sini?"

"Apel, dong, ke rumah pacar." Tya berdecak, tetapi tetap membuka pintu lebih lebar agar cowok di depannya itu bisa masuk.

"Tunggu di sini. Aku buatin kamu minum." Tya berbalik hendak ke dapur, tetapi tangannya dicekal oleh Bayu. Tya menoleh lalu bertanya kepada Bayu dengan menaikkan alisnya.

"Sekalian ambil buku, deh. Malam ini kita belajar Matematika aja, ya?"

"Serius? Harus banget belajar malam Minggu gini?"

"Daripada cuma diem-dieman? Aku juga males mau ngajak keluar. Capek. Di rumah aja, ya sambil belajar? Biar kelihatan rajin gitu di mata Tante."

Tya menghela napas, lalu mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk mengambil buku Matematika. Setelah itu, dia ke dapur membuatkan minum untuknya dan Bayu.

Bayu memperhatikan seluruh ruang tamu di rumah Tya. Terdapat satu set kursi dan meja kayu yang mengisi ruang tamu tersebut, ruangan itu didominasi warna hijau pupus begitu pula dengan keseluruhan rumah, dan di dinding serta lemari hias kayu yang berada di sudut ruangan dihiasi dengan foto-foto dalam pigura. Bayu mendekat untuk melihat lebih jelas gambar dalam foto tersebut. Kebanyakan dari foto itu merupakan potret kebersamaan Tya dan keluarga saat ayahnya masih bersama mereka. Bayu menatap cukup lama pada potret Tya kecil.

Ternyata Tya memang udah cantik dari kecil. Bayu menggeleng mendengar isi pikirannya sendiri. Dia beralih memandangi foto Tya yang bermain piano didampingi ayahnya, terlihat jelas senyum manis terukir di wajah cewek itu. Pikiran Bayu berputar pada beberapa bulan lalu saat mendengar Tya bernyanyi dan bermain piano untuk latihan drama di rumah Alfredo. Dia tersenyum mengingat hal tersebut. Mendengar Tya bernyanyi mengingatkannya kepada suara seseorang yang pernah didengarnya saat SMP. Bayu tersentak. Jangan-jangan Tya ....

Tya berdeham melihat Bayu fokus menatap foto-fotonya. "Ngapain liatin fotoku sampe segitunya?"

Bayu menoleh lalu tersenyum karena tertangkap basah. Dia kembali ke tempat duduknya semula sambil membantu mengambil minuman dan kue dari tangan Tya. "Ternyata kamu emang udah cantik dari kecil, ya, Ty."

Tya melirik Bayu. "Nggak usah mulai ngegombal. Nggak bakal mempan."

Bayu tertawa menanggapi balasan Tya. Merayu Tya itu tidak butuh kata-kata manis, tetapi langsung dengan tindakan.

"Kamu emang lagi beruntung atau sengaja datang ke sini pas banget waktu mamaku bikin kue," ucap Tya setelah meletakkan buku Matematika di meja.

"Itu artinya mamamu udah sebatin sama aku. Tau aku mau ke sini makanya bikin kue." Tya hanya menggeleng melihat Bayu tersenyum lebar.

"Oh, iya. Tante sama Dito mana?"

"Mama istirahat di kamar. Kalo Dito, udah pergi abis mandi tadi." Bayu mengangguk-angguk mendengar jawaban Tya.

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang