Bab 14. Palang Merah

27 9 4
                                    

Senin pagi, Tya sudah siap dengan seragam putih-putih karena menjadi petugas upacara. Dia duduk di teras menunggu kedatangan Bayu. Wajahnya terlihat pucat dan cewek itu terus memegang perutnya. Dia mengeluarkan ponsel untuk melihat jam, sudah pukul 06.30 dan Bayu belum datang juga.

Tya mencoba menghubungi Bayu, baru terdengar deringan pertama cowok itu muncul di depan rumahnya bersama motor Yamaha Vixion putih. Cewek itu langsung berdiri dan berteriak ke dalam rumah untuk berpamitan kepada Ratih.

Bayu memegang helm bersiap memakaikannya kepada Tya. Bayu memperhatikan sang pacar yang terus memegangi perutnya.

"Kamu sakit? Kok pucet gitu?"

Tya menggeleng. "Enggak. Cuma nyeri datang bulan aja. Keliatan banget, ya?"

"Kalo kerasa sakit banget, mending nggak usah masuk. Nanti aku izinin sama guru."

"Enggak, ah. Masuk aja. Hari ini aku jadi petugas upacara. Terus nanti ada kuis Biologi."

"Ya udah. Yakin kuat?" Tya mengangguk lalu Bayu membantu cewek itu naik ke jok belakang. "Pegangan, kita harus ngebut."

Karena terburu-buru, tanpa Tya sadari kardigan yang biasa dipakainya ke sekolah tertinggal di kursi teras rumah.

Setelah selama kurang lebih sepuluh menit ngebut di jalan, akhirnya mereka tiba di sekolah. Bayu memarkirkan motor lalu membantu Tya turun dan melepas helm. Sekolah sudah cukup ramai karena memang saat upacara mereka masuk lebih pagi dari biasanya. Beberapa siswa yang bertugas sebagai petugas upacara memakai seragam putih-putih seperti yang Tya pakai, sedangkan lainnya memakai seragam putih abu-abu.

Tya berjalan cepat meski harus menahan nyeri untuk menyelesaikan tugas piket sebelum upacara dimulai. Sesampainya di kelas, cewek itu bergegas mengambil sapu sementara Bayu melepas jaket hitamnya dan menyampirkan di bangku.

Tepat saat bel berbunyi, Tya baru selesai menyapu kelas. Dia mengambil topi dan segera turun ke lapangan upacara. Mengambil posisi di samping kiri tiang bendera yang rindang bersama tim paduan suara sekolah.

Selama upacara berlangsung, Tya terus menahan nyeri di perutnya yang makin lama makin menyiksa. Wajahnya terlihat makin pucat, teman-teman satu tim paduan suara juga sudah menanyakan kondisinya dan menawarkan untuk mengantar ke UKS, tetapi cewek itu menolak.

Setelah kembali ke kelas, Tya membuka tas untuk mengambil pembalut wanita, lalu pergi ke toilet. Hal itu tidak luput dari perhatian Bayu.

Anya juga sempat menanyakan kondisi Tya, tetapi lagi-lagi cewek itu tidak mau pergi ke UKS meski wajahnya sudah seperti mayat hidup. Tya berhasil melewati jam pelajaran pertama dan kedua dengan mulus. Dia juga mampu menjawab kuis Biologi dengan baik. Kemudian, pada jam pelajaran ketiga dan keempat Tya hanya bersandar di bangkunya sambil memegangi perut. Cewek itu tidak memperhatikan penjelasan guru di depan kelas.

Setelah jam pelajaran keempat habis, Bayu menghampiri Tya yang sedang merebahkan kepala di meja dengan tangan masih memeluk erat perutnya. Cowok itu duduk di bangku Anya.

"Nggak ke kantin?" tanya Bayu yang ikut merebahkan kepala menghadap Tya.

"Enggak. Tadi aku udah nitip sama Anya. Aku juga minta tolong sama dia buat minjem rok putih di UKS. Kayaknya aku tembus."

Selain karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk beranjak dari bangku, alasan lain Tya tidak pergi ke kantin karena cewek itu yakin tidak akan sanggup jika harus menghadapi kejahilan dari penggemar Bayu lagi.

"Kamu mau aku anter pulang aja?" Tya menggeleng. Bayu berdiri dan kembali ke bangkunya untuk menambil tas.

"Aku ada pertandingan persahabatan sama sekolah Artha Bakti dan kayaknya sampe pulang sekolah. Kamu beneran nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Bayu saat kembali ke bangku Tya.

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang