Minggu pagi, Bayu sudah berada di rumah sang pacar dengan pakaian kasualnya. Cowok itu berencana mengajak Tya ke taman hiburan yang berada di kota Batu. Pasangan itu harus membuat bukti setidaknya sekali jika mereka benar-benar pernah menghabiskan waktu berdua di luar sekolah. Bayu sengaja datang pagi-pagi supaya bisa ikut sarapan di rumah Tya.
"Gimana, Mas Bayu. Enak, kan masakan anak Tante?" tanya Ratih ketika Bayu sudah menyuapkan makanan ke mulutnya.
Bayu mengunyah perlahan sambil memejam, seolah tengah menjadi juri dalam sebuah ajang kontes masak. "Hem, ini enak banget Tante." Bayu mengacungkan kedua jempolnya. "Eh, bentar. Tadi Tante bilang ini masakan anak Tante? Tya maksudnya, Tan?"
"Ya, iya, dong. Masak Dito yang masak. Beneran enak?"
"Serius, Tya yang masak, Tan? Kok bisa enak banget gini?" Bayu keheranan dan terus menyuapkan lagi makanan dalam piring ke mulutnya.
"Mbak Tya itu dari SMP udah bantu-bantu di dapur, Mas. Jadi, ya jelas sekarang masakannya seenak masakan Mama." Dito memberi penjelasan dan Bayu menanggapinya dengan anggukan karena mulutnya penuh.
"Apa, nih nyebut-nyebut namaku?" Tya bergabung di meja makan setelah membersihkan diri dan berganti pakaian.
"Ty, ini beneran enak banget. Aku baru tau kamu bisa masak. Tau gitu tiap hari aku makan di sini," puji Bayu dengan mulut yang masih penuh hingga ucapannya kurang jelas.
"Mau numpang makan di sini? Boleh, tapi nggak gratis." Tya duduk di samping Bayu dan mulai menyendok makanan ke piringnya.
"Perhitungan banget sama pacar sendiri?"
"Sori, ya, Mas. Di dunia ini nggak ada yang gratis."
"Bener, tuh, Mbak. Mas Vian aja kalo makan di sini kebagian cuci piring," kata Dito sambil tertawa di sela-sela mengunyah. Tanpa dia sadari efek dari perkataannya itu membuat semua orang di meja makan terdiam.
"Oh, jadi Vian sering makan di sini?" Tya hanya melirik Bayu yang awalnya bersemangat menjadi tak bergairah lagi. Cowok itu pun menyudahi sarapannya. Tya melirik tajam Dito yang duduk di seberang Bayu. Namun, anak itu tetap cuek melanjutkan makannya tanpa merasa bersalah.
Ratih yang menyadari perubahan suasana itu berinisiatif untuk mengubah topik pembincaraan. "Kalian mau pergi ke mana?"
Tya menoleh ke arah mamanya. "Oh, aku enggak tau, Ma. Bayu yang ngajak."
"Aku mau ngajak Tya ke Dream Park di Batu, Tante. Enggak apa-apa, kan?"
Ratih tersenyum, meneguk teh hangatnya hingga tandas lalu berdiri. "Sekali-kali Tya butuh liburan. Tapi, jangan pulangin malam-malam, ya," ucapnya seraya menepuk pundak Bayu. Kemudian, dia pergi ke ruang tengah untuk menonton TV.
"Mas, aku juga ikut?" tanya Dito yang langsung mendapat pelototan dari kakaknya.
"Pengennya ngajak semua, tapi masalahnya aku cuma bawa motor. Nggak mungkin, kan kita boncengan berempat?" Tya menahan tawa mendengar jawaban dari Bayu.
Dito bersandar ke kursinya. "Yah, nggak asyik!"
"Gimana kalo sebagai gantinya, minggu depan Sabtu-Minggu kita latihan basket?"
"Beneran? Nggak mangkir, kan?" Bayu mengacungkan jempol sebagai jawaban.
"Siap, Bos! Titip Mbak Tya." Dito menghabiskan susunya dan pergi meninggalkan Bayu bersama kakaknya.
Tya menghabiskan makanannya dalam diam, seketika suasana canggung menyelimuti mereka. Bayu memainkan gelas tehnya sambil terus menatap Tya.
"Awas nanti jatuh cinta!" Tya menghabiskan teh hangatnya sebelum balas menatap Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Couple [TAMAT]
Novela JuvenilKehidupan SMA Tya Anastasya baik-baik saja sebelum Reina, teman semasa SMP yang hanya memanfaatkan kepintarannya pindah ke sekolah yang sama. Reina mengancam bahwa Tya akan kehilangan beasiswa jika cewek pintar itu tidak mau membantunya seperti dulu...