Senin pagi, Bayu meluncur ke rumah Tya untuk menjemput cewek itu berangkat ke sekolah bareng. Namun, saat tiba di sana dia hanya bertemu dengan Ratih. Seketika senyum yang menghiasi wajahnya sejak bangun tidur sirna tak berbekas.
"Tya baru aja berangkat bareng Vian. Katanya buru-buru," ucap Ratih kala Bayu turun dari motor dan menyalaminya.
Bayu berpamitan kepada Ratih lalu mengemudikan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia harus bisa mengejar Tya sebelum cewek itu masuk ke sekolah. Kurang lebih sepuluh menit kemudian, Bayu tiba dan berhenti tidak jauh dari sekolahnya yang berada di Jalan Tugu. Dia belum melihat tanda-tanda kedatangan Tya dan Vian. Selama perjalanan pun dia tidak bertemu mereka sama sekali. Padahal, Bayu sudah ngebut-ngebutan agar bisa mengejar mereka. Apa mungkin mereka lewat jalan lain? Tidak mungkin. Tadi Ratih mengatakan jika Tya buru-buru dan jalan paling cepat menuju sekolah adalah jalan yang dilewatinya.
Satu menit kemudian, Bayu melihat motor Vian melewatinya dan berhenti di depan SMA Brawijaya Internasional. Dia langsung mengendarai motornya menghampiri Tya. Ketika tiba di depan Tya, Vian sudah berlalu menuju sekolahnya yang berada di samping sekolah mereka. Beruntung, belum banyak siswa-siswi sekolah mereka yang datang. Sementara yang sudah tiba tidak memperhatikan mereka dan terus berjalan memasuki sekolah.
"Naik, Ty!" perintah Bayu yang tidak digubris oleh Tya. Cewek itu tahu saat Bayu menghampirinya, tetapi dia sengaja tidak memedulikan cowok yang berdecak itu.
"Naik! Nanti banyak yang curiga kalo kita berangkat sekolahnya nggak bareng." Bayu masih mengejar Tya dengan melajukan motor menggunakan kakinya.
"Bay, sekolah masih sepi jam segini. Nggak usah lebay."
Bayu masih tetap mengikuti Tya yang terus berjalan tanpa mengindahkan perkataannya. "Tapi, tetep aja, Ty. Kalo ada yang liat terus nggosipin kita udah bubar, gimana?"
"Ya udah, sih, biarin aja. Suka-suka mereka." Tya masuk ke koridor lantai satu dan meninggalkan Bayu yang masih harus memarkirkan motor.
Bayu bergegas menyusul Tya kembali saat cewek itu menaiki tangga menuju lantai dua. "Lagian kenapa kamu bareng Vian? Aku udah bilanng kalo kita harus berangkat dan pulang bareng."
"Aku buru-buru. Hari ini jadwalku piket dan tiap hari Senin pasti ada upacara bendera yang artinya kita masuk lebih awal dari biasanya. Makanya aku berangkat lebih pagi biar nggak telat."
"Kan bisa nunggu aku. Buktinya aku nyampe duluan."
"Ya mana aku tau kalo kamu jemputnya lebih pagi. Kemarin-kemarin kamu jemput kurang dari lima belas menit sebelum bel masuk."
"Ya udah iya. Nanti pulang harus bareng aku."
Tya hanya menanggapi dengan mengangkat bahu. Saat tiba di lantai dua, Bayu mencekal tangan Tya. "Apa lagi?"
Bayu menyeringai sambil berkata, "Langsung ke kelas?"
"Ya iyalah, Bay. Kenapa? Mau bantuin aku piket?"
"Enggak." Bayu menyerahkan tasnya kepada Tya. "Mau nitip tas. Tolong taruh di mejaku. Aku main basket bentar di bawah. Dah, Pacar!" Bayu meninggalkan Tya seraya melambai lalu menuruni tangga.
"Ih, dasar resek!" Tya mengentakkan kaki berjalan menuju kelas sambil menenteng tas Bayu.
Setelah upacara, Bayu mauk kelas dan duduk di samping Tya. Namun, cewek itu justru mengusirnya hingga membuat Bayu makin kesal. Kekesalannya bermula dari tadi pagi saat Tya berangkat bareng Vian. Ditambah lagi cewek itu tetap cuek meski mereka berada di sekolah. Berbagai cara Bayu lakukan untuk menarik perhatian Tya. Mulai dari manarik rambutnya saat upacara, melemparinya dengan bulatan kecil dari kertas, bahkan memaksa Anya untuk bertukar posisi duduk dengannya. Bukannya menanggapi, melainkan Tya tetap lempeng memperhatikan pelajaran di kelas. Justru, Bayu yang mendapatkan teguran keras dari guru karena mengganggu kegiatan belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Couple [TAMAT]
Fiksi RemajaKehidupan SMA Tya Anastasya baik-baik saja sebelum Reina, teman semasa SMP yang hanya memanfaatkan kepintarannya pindah ke sekolah yang sama. Reina mengancam bahwa Tya akan kehilangan beasiswa jika cewek pintar itu tidak mau membantunya seperti dulu...