Bab 24. Festival Musik

19 7 1
                                    

Semester dua sudah mulai setelah libur selama satu minggu. Tya datang ke sekolah dengan wajah yang lebih cerah dari sebelum liburan. Cewek yang mengucir kuda rambutnya dan tidak lupa memakai kardigan merah kesayangannya itu sudah bisa berdamai dengan hatinya.

Selama liburan, Cecilia tidak membiarkan Tya sendirian. Ada saja yang dia lakukan untuk membuat sahabatnya itu sibuk. Dia datang ke rumah sahabatnya dengan membawa buah-buahan untuk dibuat masker dan sebagian dibuat rujak manis. Terkadang, cewek itu menjemput Tya dan membawanya ke kafe. Atau, dia juga bisa datang ke rumah sahabatnya itu dengan dalih ingin belajar membuat kue.

Sibuk meladeni tingkah Cecilia, Tya bisa melupakan masalahnya dengan Bayu, meski tidak sepenuhnya. Cewek itu juga lebih sering berlatih bermain kibor untuk lagu yang akan dibawakannya bersama band sekolah. Dia berlatih di rumah dengan kibor yang dibelikan almarhum ayahnya karena berhasil meraih peringkat satu saat SD kelas lima.

Jika yang dilakukan Tya adalah hal positif, maka berbanding terbalik dengan Bayu. Cowok itu masih tidak bisa melupakan sang mantan, hingga membuatnya diam-diam sering mengikuti ke mana pun cewek itu pergi. Kecuali, saat dia harus latihan basket. Cowok itu masih punya tanggung jawab untuk membawa tim basket sekolahnya menjadi juara pada turnamen basket yang baru memasuki babak perempat final, setelah terpotong waktu ujian semester dan libur sekolah.

Bayu terus memantau mantan pacarnya itu dari jauh. Dia pernah diam-diam mengikuti Tya saat latihan band. Cowok itu justru dibuat geram ketika melihat kedekatan Gilang dan sang mantan. Dia juga pernah sengaja lewat depan rumah cewek itu dan malah disuguhi pemandangan kebersamaan Tya dengan Vian. Semua hal itu membuatnya makin tidak bisa melupakan cewek itu.

Cowok yang berubah menjadi lebih banyak diam itu juga tidak berani untuk mengaja Tya bicara. Dia selalu menghindar jika tidak sengaja bertemu dengan cewek itu. Bayu ingin sekali mereka bisa kembali seperti dulu, tetapi cowok itu masih kecewa sejak hari perpisahan. Dia menunggu cewek itu menoleh barang sekali saja agar punya alasan untuk tetap mempertahankannya. Namun, yang terjadi justru dia harus merasakan kecewa karena cewek itu telah memanggil Vian untuk menjemput.

Meski mereka tidak bisa bersama lagi, cowok itu cukup bahagia bisa melihat Tya mampu menggeser posisinya dari peringkat satu di kelas. Sekarang, dia hanya bisa menatap cewek itu dari jauh tanpa bisa menyentuhnya langsung.

**

Suasana di UMM Dome sore ini begitu meriah. Festival Musik yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Malang juga membuat lomba band tingak SMA sebagai pembuka acara sebelum acara utama dimulai.

Tya dan band sekolah sudah berada di tempat sejak satu jam yang lalu. Tidak lupa Cecilia dan Alfredo juga hadir bersama pendukung dari sekolahnya. Cewek itu benar-benar gugup akan tampil untuk pertama kalinya. Dia terus mondar-mandir dengan tangan berkeringat. Vian juga datang untuk memberikan dukungan kepada tetangganya itu. Kebetulan, sekolahnya tidak mengikuti Festival Musik kali ini. Jadi, cowok itu bisa leluasa untuk mendukung Tya.

Sementara di sisi lain, tepatnya di lapangan basket UMM tim basket SMA Brawijaya Internasional juga bersiap-siap untuk bertanding. Mereka masuk babak semi final Turnamen Basket. Sekolah Vian sudah keluar sebagai pemenang dan akan maju ke babak final. Otomatis, pemenang kali ini akan berhadapan dengan SMA Widya Tama.

Giliran band SMA Brawijaya Internasional tampil di panggung. Mereka membawakan lagu Haruskahku Mati dari Ada Band. Gilang berdiri di depan mikrofon dengan membawa gitar, sementara Tya berada di sampingnya di depan kibor dan mikrofon. Penonton ikut hanyut dalam lagu yang dibawakan Tya dan Gilang dengan melambaikan tangan, lalu bergerak ke kanan dan ke kiri. Cewek itu terus berdoa dalam hati agar dia tidak membuat kesalahan sekecil apa pun.

Tepuk tangan meriah dari penonton membahana di seluruh ruangan UMM Dome tersebut saat Tya dan Gilang selesai menyanyikan lagu. Bahkan, ada berteriak "lagi-lagi" agar mereka menyanyikan sebuah lagu lagi. Namun, karena masih banyak peserta yang belum tampil, panitia mempersilakan Tya dan teman-teman turun dari panggung.

"Selamat, ya. Kita sukses bawain lagunya. Dan buat Tya, makasih banget. Kamu keren!" puji Gilang saat mereka berada di belakang panggung.

"Kalina juga hebat. Kalo nggak ada kalian aku nggak mungkin bisa bawaain lagu tadi dengan sangat epik." Mereka semua bertos dan berdoa. Setelah itu mereka pergi ke lapangan basket untuk mendukung tim sekolah.

Tya tiba di lapangan basket bersama Vian, lalu gabung dengan Cecilia dan suporter dari sekolahnya. Pertandingan memasuki babak kedua dan skor dipimpin oleh SMA Tunas Bakti.

Persaingan makin sengit ketika memasuki menit-menit terakhir. Perbedaan skor juga sangat tipis, membuat para suporter ikut tegang. Bola digiring oleh Bayu menuju ring lawan, tetapi di tengah lapangan dia dicegat oleh dua pemain dari tim lawan. Dia mencari celah untuk mengoper bola dan saat hendak melempar bola, seorang lawan menepisnya membuat cowok itu kehilangan keseimbangan, hingga terjatuh.

"Bayu!" seru Tya sepontan sambil berdiri yang membuat semua orang menoleh kepadanya. Dia hanya tersenyum sambil meminta maaf, lalu kembali duduk.

Bayu bangkit kembali dan mulai menerjang tim lawan. Waktu tinggal satu menit lagi. Para suporter dari SMA Brawijaya Internasional menahan napas saat ketua tim basket sekolah itu melempar bola dari jarak yang cukup jauh ke arah ring. Bola sempat membentur papan ring sebelum akhirnya masuk.

Sorak-sorai penonton menggelegar di lapangan basket UMM. Tya dan Cecilia berpelukan atas kemenangan tim basket sekolah mereka. Vian memberikan tepuk tangan untuk tim basket yang akan melawan sekolahnya dalam babak final itu.

Mereka kembali lagi ke gedung UMM Dome untuk mendengarkan hasil keputusan juri mengenai pemenang Festival Musik tahun ini.

Sepertinya malam ini merupakan malam keberuntungan bagi SMA Brawijaya Internasional karena sekolah tersebut juga menjadi pemenang dalam Festival Musik kali ini. Tya memeluk Vian karena begitu senang sudah membawa nama sekolahnya sebagai pemenang untuk pertama kalinya.

Bayu melihat Tya berpelukan dengan Vian dan langsung keluar dari gedung tersebut. Dia masih suka cewek itu, sangat suka. Cowok itu ingin sekali memberi selamat kepada mantan pacarnya, tetapi niat itu diurungkannya setelah melihat kejadian barusan. Posisinya saat ini bukan siapa-siapa, hingga dia tidak berhak marah melihat kedekatan mereka.

Tya melepas pelukannya, lalu mengambil ponsel yang berdering dari tas. Dia langsung mengangkat telepon dari mamanya.

"Iya, Ma?"

"Kamu di mana? Pulang sekarang. Ada yang mau Mama omongin."

"Tapi, Ma─"

Tya mengerutkan kening sambil menatap ponselnya. Belum sempat dia bertanya ada masalah apa, Ratih sudah menutup telepon. Dia juga merasa aneh dengan suara mamanya yang begitu dingin. Seolah, wanita itu tengah menahan marah. Semoga nggak ada apa-apa, batin Tya. Setelah itu, dia berpamitan kepada teman-teman satu band juga Cecilia dan meminta Vian untuk segera mengantarnya pulang.

 Setelah itu, dia berpamitan kepada teman-teman satu band juga Cecilia dan meminta Vian untuk segera mengantarnya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang