Bab 9. Kunjungan Pertama

37 15 7
                                    

Tya keluar dari kamar setelah mengganti seragam dengan kaus dan celana pendek. Dia menghampiri sang ibu yang masih berkutat di dapur dengan kue-kue buatannya, berniat untuk membantu. Hari ini dia sedang senang karena untuk beberapa waktu ke depan Reina tidak akan mengganggunya lagi. Dia sudah mendengar cerita dari Bayu tentang ayah Reina. Cewek itu yakin jika mantan kepala sekolahnya pasti marah besar kepada Reina. Meski dia juga tahu jika mantan teman SMP-nya itu pasti sedang menyusun rencana untuk membalasnya, tetapi setidaknya Tya bisa bernapas lega sebentar sebelum menyiapkan tenaga untuk menghadapi Reina lagi.

Namun, tetap saja dia tidak bisa jauh-jauh dari Bayu. Karena satu sekolah kini tahu mereka pacaran. Jadi, Tya harus berperan sebagai sosok pacar yang selalu mendampingi cowok beken itu ke mana pun. Dia tersenyum mengingat kejadian di sekolah siang tadi. Bayu memintanya menunggu di pinggir lapangan selama cowok itu latihan basket.

"Kamu tunggu di sini. Paling aku latihan nggak sampe satu jam." Bayu membawa Tya untuk duduk di bangku kayu panjang yang berada di pinggir lapangan. Kemudian, dia meletakkan tas di samping Tya dan membukanya untuk mengambil kaus ganti. Tya mengambil novel dari tas dan siap membacanya, tetapi ....

"Bay, kamu apaan, sih? Ganti baju tuh di kamar mandi sana. Atau di ruang ganti. Bukan di sini!" Tya mara-marah sambil menutup mata dengan novel. Sementara Bayu dengan santainya membuka seragam dan memakai kaus ganti di depan Tya.

"Kamu mau nutup mata sampe kapan?" Bayu menegur Tya sambil menahan senyum.

Tya mengintip sedikit dari balik novel dan menurunkannya saat melihat Bayu sudah memakai kaus ganti. Dia segera memfokuskan diri membaca novel, meski wajahnya merona.

"Aku latihan dulu. Baik-baik di sini. Jangan ke mana-mana," ucap Bayu seraya mengusap kepala Tya sebelum pergi ke tengah lapangan.

Tya lebih fokus membaca novel daripada menonton Bayu latihan. Setelah tiga puluh menit berlalu, ponsel Tya berbunyi dan terpampang jelas nama Vian di layar. Tya segera menutup novelnya dan menjawab telepon tersebut. Kemudian, Tya memasukkan novel ke dalam tas setelah berbicara dengan tetangganya itu. Tya berdiri sambil menyampirkan tas di lengan kanan lalu melambai kepada Bayu.

Bayu menghampiri Tya dengan napas yang masih tersengal-sengal. "Kenapa? Kok pakek tas? Mau ke mana?"

"Aku balik duluan, ya. Temenku udah jemput di depan. Kamu masih lama, kan latihnnya? Bye, Bayu." Tanpa menunggu persetujuan Bayu, Tya langsung berjalan menyusuri tepi lapangan basket yang sudah sepi.

Tya puas sekali bisa mengerjai Bayu. Salah sendiri cowok itu tidak mengindahkan peringatannya semalam untuk tidak menjemput di rumah. Cowok itu justru datang sambil cengar-cengir saat Tya baru saja menutup pagar. Beruntung mamanya sudah masuk ke rumah sehingga tidak melihat kedatangan Bayu.

"Mbak, kamu motong kuenya kekecilan itu. Mikirin apa, sih sampe ngelamun gitu?"

Tya buru-buru mengambil potongan yang salah, lalu meletakkan ke wadah berbeda. "Maaf, Ma."

"Kamu dari tadi senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin siapa? Kamu punya pacar, Mbak?" Pertanyaan mendadak dari Ratih, ibu Tya membuat cewek itu terbatuk-batuk.

"Pacar apa, sih, Ma? Mama ngarang aja, deh." Tya menjawab dengan merona.

"Kalo Mama perhatiin sejak masuk kelas sebelas, kamu sering banget senyum sendiri, terus kadang marah-marah nggak jelas, ngedumel sendiri. Kenapa coba? Terus tadi pagi sama kapan hari itu Mama liat ada cowok jemput kamu. Itu bukan Vian, kan? Pasti pacar kamu, ya?"

Tya menelan ludah dengan susah payah. Dia tidak menyangka kalau Ratih selama ini memperhatikan setiap detail dari sikap anaknya itu. Dan ternyata, mamanya itu juga tahu soal cowok yang jemput tadi pagi. Mampus, ketauan! batin Tya.

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang