Bab 25. Ulah Reina

23 7 3
                                    

Menjalankan semua perintah ayahnya sudah dilakukan oleh Reina. Mulai dari les privat, berhenti dari ekstrakurikuler cheerleader dan masuk karya ilmiah, serta tidak mengusik Tya lagi. Namun, tetap saja nilainya tidak mengalami peningkatan. Semester dua di kelas sebelas ini merupakan kesempatan terakhir bagi cewek itu untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa dia pantas bersekolah di SMA Brawijaya Internasional. Kalau tidak, dia akan dipindahkan ke sekolah asrama.

Reina sudah berusaha untuk melupakan hubungan buruk antara dia dan Tya. Namun, sekeras apa pun dia mencoba, tetap saja rasa iri dan benci melihat mantan teman SMP-nya itu lebih sukses makin memenuhi pikirannya. Apalagi, cewek itu sudah meremehkannya dengan menawarkan bantuan untuk mengajarinya. Dia harus melakukan sesuatu yang bisa membuat teman sekelasnya itu merasakan apa yang dia rasakan. Mengancam dan menghasut teman sekolah untuk membenci Tya sudah tidak mempan lagi. Akhirnya, dia memutuskan pergi ke rumah cewek itu saat sebagian besar teman sekolahnya datang ke UMM untuk mendukung grup band dan tim basket sekolah.

Cewek yang baru saja turun dari Avanza itu kini berdiri di depan rumah bercat hijau pupus. Dia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya sebelum melangkah ke teras rumah itu. Dia sempat ragu dan beberapa kali bolak-balik di teras karena ingin mengurungkan niatnya. Namun, saat hendak berbalik meninggalkan rumah itu untuk yang keempat kalinya, pemilik rumah keluar dengan membawa bungkusan berisi kue.

Tidak lama kemudian, seseorang datang menghampiri wanita paruh baya yang dikenal Reina sebagai ibu dari Tya. Reina hanya diam di tempatnya berdiri memperhatikan dua orang di dekat pagar melakukan transaksi. Setelah selesai, cewek itu gugup saat Ratih menghampirinya dengan tersenyum.

"Maaf, ya. Barusan masih pelanggan yang beli kue. Kamu temannya Tya atau Dito? Atau mau beli kue?"

Reina sempat membuka mulut, tetapi menutupnya kembali. Dia bingung harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan ibu Tya itu.

"Kok, diem aja? Ayo masuk dulu." Ratih menuntun Reina masuk ke rumah dan mempersilakan cewek itu duduk di ruang tamu.

Reina mengamati seluruh ruang tamu saat Ratih pergi meninggalkannya. Ini baru pertama kalinya dia berkunjung ke rumah Tya sejak mereka kenal saat SMP. Cewek itu berdiri dan melihat foto-foto yang berada di dinding serta meja hias. Dia baru tahu kalau temannya itu sudah main piano sejak kecil. Dia juga sempat melihat ada kibor di ruang tengah. Jadi, apa yang aku tau tentang Tya selama ini? pikir Reina.

Banyak hal yang belum Reina ketahui tentang Tya. Atau lebih tepatnya, cewek itu tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan teman sekelasnya selain dia pintar. Reina duduk di tempatnya semula ketika Ratih kembali dengan membawa minuman dan kue.

"Ayo diminum dulu sekalian incip kue buatan Tante."

"Makasih, Tante." Reina mengambil satu kue, lalu memakannya. Dia sempat terkejut dengan rasa kue yang begitu enak di lidah, membuatnya segera mengambil satu kue lagi.

"Jadi, ada perlu apa ke sini?"

Reina berpikir sejenak, dia sudah membulatkan tekat dengan datang ke rumah ini untuk membalas Tya. Jadi, dia harus bicara.

"Itu, Tante. Aku sebenernya mau ketemu sama Tya."

"Oh, kamu temennya Tya? Tapi, Tya nggak ada. Dia pergi katanya ada lomba band gitu. Memangnya kamu nggak ke sana juga?"

"Oh, iya. Aku lupa, Tante kalo sekolah lagi ada acara. Soalnya aku buru-buru pengen ketemu sama Tya. Di sekolah dia sibuk terus. Makanya aku milih ke rumahnya aja."

"Perlunya penting? Kalo nggak bisa bilang sama Tante aja. Nanti Tante sampaikan sama Tya."

"Ehm, sebenernya penting, Tante. Soalnya masalah uang. Jadi, aku harus bayar Tya karena udah kasih contekan selama ujian dan juga ngerjain tugas-tugas sekolah aku."

Troubled Couple [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang