'Jangan pergii'
Happy Reading
...."Aaaa!" Sebuah teriakan melengking membuat semua orang yang sedang berkumpul terkejut.
"Bella!" seru Vano lalu berlari cepat menuju tenda. Di belakangnya Rahel dan Tiara juga ikut berlari.
Vano menunduk, memeluk Bella yang terduduk di depan tenda. Tubuh gadisnya itu bergetar hebat. Matanya tak lepas menatap benda yang terletak di dalam tenda.
Sementara itu Rahel langsung melihat ke dalam tenda. Tampak ada suatu benda yang berlumuran darah.
"Botol pecah." Rahel tersentak kaget lalu dengan cepat membuang botol itu ke sembarang arah.
Tiara duduk di samping Bella, menggenggam erat telapak tangan gadis itu.
"Bell, lo tenang, ya. Botolnya udah ga ada lagi. Udah, ga usah dipikirin," ujar Tiara membuat Bella menutup matanya.
"Saya di sini," bisik Vano tepat di telinga Bella, dengan posisi yang masih memeluk Bella, tangan Vano terulur mengelus rambut gadis itu.
Rahel lalu mendatangi Vano dan Tiara setelah ia selesai membersihkan bekas pecahan kaca yang dilumuri darah.
"Mister Vano, sebaiknya anda tenangin Bella dulu di tenda lain. Biar kami yang ngurus ini," tutur Rahel yang segera diangguki oleh Vano.
Vano mengangkat tubuh Bella lalu mengendong gadis itu ala bridal style, berjalan cepat—menuju salah satu rumah.
Vano menunduk, menatap Bella yang kini masih terisak, membuat kaos bagian atasnya basah.
Cup! Cup! Cup! Cup!
Bertubi-tubi kecupan mendarat di kening Bella. Semua orang yang melihat itu, menatap Vano tak percaya. Dosen yang mereka sebut kulkas itu, sekarang menjadi sangat bucin. Segitu khawatirnya dia dengan gadis yang berstatus sebagai mahasiswinya?
Vano menurunkan tubuh Bella perlahan diatas kasur setelah mereka sampai. Pria itu menatap Bella lekat, ibu jarinya terulur mengusap cairan bening yang masih keluar dari pelupuk mata Bella.
"Jangan nangis lagi, saya di sini," lirih Vano lalu memeluk Bella erat.
Bella mengangguk pelan. Berusaha memberhentikan tangisannya walaupun kejadian tadi membuatnya takut setengah mati.
Vano melepas pelukannya, hendak berdiri—mengambilkan teh hangat untuk gadisnya namun ujung kaos yang dipakainya ditarik oleh Bella.
"Sini, jangan pergi," gumam Bella menatap Vano sendu.
Vano tersenyum kecil, lalu mengangguk. Ia membaringkan diri di samping Bella, merengkuh tubuh mungil gadis itu dan memeluknya dengan erat.
Cup!
"Maafin saya, saya janji ga akan cuekin kamu lagi. Maafin saya," pinta Vano, tanda sadar sebuah cairan bening lolos keluar dari pelupuk matanya.
Bella yang melihat itu, tertegun sebentar. "Pak Vano nangis?" tanya Bella heran.
Vano menggeleng, padahal sudah jelas jelas kalau dia menangis. "Saya sudah bilang, saya bukan bapak kamu. Kamu bisa nanti panggil saya dengan sebutan bapak kalau kita sudah punya anak." Vano tersenyum lebar, menampakkan lesung pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasar Dosen Gila || END
RomanceDasar Dosen Gila by AbelChellsy! ♡♡♡ Alangkah baiknya, jika follow sebelum membaca. "Skripsi itu mudah. Tinggal minta tanda tangan suami, cuss langsung sidang!" Itu yang ada di pikiran Bella, saat Ia tau bahwa Dosennya adalah calon suaminya. Namun...