Chapter 27✔

20.4K 1.1K 79
                                    

'Saya mau ngepet bentar, lumayan buat modal nikahin kamu.'

Happy Reading
...

Sudah lewat beberapa hari, kini luka di lutut Bella sudah pulih. Setelah dirawat maksimal oleh Vano. Dosen - dosen yang lain juga merawat Bella. Namun Vano yang lebih banyak merawatnya.

Seperti kemarin Vano di suruh untuk keluar dari kamar—tempat dimana Bella beristirahat. Dosen lain menyuruh Vano membiarkan Bella beristiraharat sendiri di dalam kamar.

Namun Vano tidak mau. Ia jadi berdebat dengan salah satu Dosen. Dan akhirnya Dosen itu mengalah dan membiarkan Vano tetap berada di situ, menjaga Bella.

Bagaimana pun Dosen itu tidak mau kehilangan pekerjaannya gara gara berdebat dengan putra pemilik Universitas.

Memikirkan kembali kejadian itu membuat Bella menggelengkan kepalanya pelan. Kini Bella sedang duduk di kursi rotan panjang. Ia dan seluruh mahasiswa-mahasiswi pendidikan kimia beserta Dosen-dosen sedang berada di desa.

"Huh, cape juga ternyata," gumamnya pelan.

Bella menyandarkan punggungnya di dinding, badannya terasa sedikit sakit setelah seharian melakukan tugas tugas praktek KKN mereka di salah satu lab kimia di Desa ini.

Setiap kelompok di bimbing oleh 1 Dosen. Vano yang berharap ia yang nantinya membimbing kelompok Bella, namun harapannya pupus setelah melihat laporan kalau kelompok Bella di bimbing oleh Hartono.

Vano sempat menatap tajam ke arah Hartono dan mendiami pria itu beberapa hari ini. Ia tau kalau Hartono sudah mundur dalam usaha mendapatkan Bella, namun ia takut pria itu mengurungkan niatnya untuk mundur dan malah mengambil Bella darinya.

Itu tidak boleh terjadi, karena Bella adalah gadis kecil miliknya! Apa? Gadis kecil miliknya!

"Dia hak paten saya!" ujar Vano penuh penekanan di setiap kata yang di lontarkan kepada Hartono semalam. Setelah berucap seperti itu, Vano pergi, meninggalkan Hartono yang bingung.

Dan sekarang, tampak Vano sedang berlari kecil mencari Bella. Setelah lebih 10 menit berkeliling, akhirnya ia mrnemukan Bella. Pria itu tersenyum kecil lalu memghampiri Bella.

"Bella!" seru Vano semangat, sembari duduk di samping gadis itu dan mengatur deru nafasnya.

Bella mengangkat kepalanya, memandang Vano.

"Pak Vano? Bapak ngapain kesini?" tanya Bella.

"Ckk!" Vano berdecak kesal. Tangannya terulur mencubit hidung Bella. "Saya sudah bilang kalau saya bukan bapak kamu!"

Bella terkekeh kecil. "Iya, maaf. Mister ngapain ke sini?" tanya Bella lagi.

"Nyari kamu," jawab Vano. Vano mengambil benda pipih dari saku celananya. "Nih, foto Arsaka."

Bella melirik handphone Vano lalu mengambil handphone itu. Kedua matanya menatap lekat foto seorang anak kecil yang sedang menangis.

"Tadi saya telphone Bibi, katanya Arsaka baik baik saja, tapi yah gitu. Dia tiap hari nangis, katanya kangen sama kita," tutur Vano.

Bella memgangguk kecil. Ia masih menatap foto Arsaka sembari tersenyum kecil. "Lucu," ucap Bella membuat Vano tersenyum lebar.

Dasar Dosen Gila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang