Chapter 42 ✔

19.4K 912 26
                                    

Happy Reading
...

"Sayang, wedding cardnya, mau model yang gimana?" Vano menunjukkan layar handphonenya di hadapan Bella. Menampilkan beberapa model wedding card yang bagus.

"Sebentar." Bella yang sibuk bermain dengan Arsaka, kini mengalihkan pandangan. "Terserah, sih," ucapnya setelah sedikit lama mengamati beberapa model wedding card.

"Lagi?" Dengan kesal Vano melempar handphonenya asal. "Dari tadi jawaban kamu terserah terus. Kamu ga mau nikah, ya, sama aku?"

Vano bersandar di pinggir sofa. Saat ini mereka sedang berada di apartement Vano. Vano yang sibuk memilih wedding card dan mempersiapkan pernikahan mereka. Sedangkan Bella sibuk menemani Arsaka bermain.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Tangan gadis itu terulur menangkup wajah Vano.
"Aku bingung mau pilih model yang mana. Yang warna pink sih bagus, tapi aku takut kamu ga suka," tuturnya.

Vano kembali mengambil handphonenya lalu melihat wedding card yang dimaksud oleh calon istrinya.

"Aku suka." Ia kembali menatap Bella lalu tersenyum manis. "Cium!" pinta Vano sembari memayunkan bibirnya.

"Ada Arsaka," bisik Bella pelan sembari melirik Arsaka. Arsaka yang melihat itu hanya mengerjap bingung.

Merasa akan gagal mendapat ciuman, Vano lalu menatap Arsaka. "Jagoan Papa, tutup matanya sekarang!" perintah Vano yang langsung dituruti oleh anak tersebut.

"Udah, Papa!" jawab Arsaka, menutup kedua matanya.

Vano tersenyum senang lalu kembali menatap Bella. "Cium!"

Bella menggeleng-geleng pelan, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh calon suaminya. Akhirnya ia menunduk lalu mencium singkat bibir Vano.

Cup!

Merasakan sesuatu yang kenyal, dengan cepat Vano menahan tekuk Bella, memangut bibir gadis itu sebentar lalu melepasnya setelah tau kalau Bella sudah kekurangan pasokan oksigen.

Bella menghirup udara banyak banyak. Ia menatap Vano tajam namun pria itu membalasnya dengan senyuman nakal.

"Manis," ucap pria itu. Ia lalu kembali menoleh, melihat Arsaka. "Sekarang jagoan Papa udah bisa buka mata."

Mendengar perkataan tersebut, Arsaka dengan cepat membuka matanya lalu menjatuhkan dirinya di pelukan Bella.
"Mama, tium!" pinta Arsaka

Dengan tersenyum kecil, Bella lalu mencium kedua pipi gembul Arsaka. Vano yang melihat itu segera menatap Arsaka dengan tajam.

"Baby Akha mahu yuga ditium ama Mama. Papa nda boye tembuyu," ujar Arsaka lalu mendekati Vano dan mencium pipi pria itu.

Vano memeluk Arsaka dan membalas ciuman anak itu. "Iya, Papa ga cemburu."

Pria itu menarik Bella ke pelukannya, memeluk dua orang yang sangat berharga baginya.

Bella tersenyum kecil, ia mengecup pipi Vano singkat lalu membisikkan sesuatu. "Mas ga sibuk, kan?"

Vano terdiam sebentar lalu menggeleng pelan. Melihat itu, Bella dengan cepat kembali mencium pipi Vano. "Temani aku ke rumah sakit, yuk. Mau jenguk Hall." Bella menggoyang-goyangkan lengan Vano.

"Engga. Ga akan!" jawab Vano tegas lalu memainkan handphonenya.

"Yaudah, aku pergi sendiri aja." Bella melempar bantal sofa dengan kesal. Ia bangkit lalu menuju kamar, hendak bersiap pergi.

Dasar Dosen Gila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang