III - Kekesalan dan Rahasia

1K 70 36
                                    


Bahkan mereka hanya melihat apa yang bisa mereka lihat dan setelahnya mereka menyimpulkannya, namun tanpa mereka sadari apa yang mereka lihat tak sepenuhnya benar-benar terjadi.

💄💄💄


Bianca sudah rapi, bahkan modul pun sudah dia peluk dan setelahnya Bianca segera bergegas ke meja makan untuk sarapan. Bianca takut Zemi menunggunya terlalu lama jika dirinya berleha-leha.

"Pagi Papih, Mamih," sapa Bianca pada Damar dan Hana-kedua orangtuanya.

Bukan sapaan balik yang biasanya Bianca dapatkan, justru kedua orangtuanya itu menatap heran ke arah Bianca membuat Bianca lantas menatap dirinya sendiri. Tidak ada yang aneh, pikirnya.

"Kenapa sih?" tanya Bianca.

"Kamu sehat?" Hana balik bertanya.

Bianca mengangguk. "Sehatlah, Mih. Harusnya Bianca nanya sama Mamih. Mamih sehat? Udah siang juga belum siap-siap. Itu juga Papih. Kalian 'kan masih punya aku yang harus dihidupin."

"Sekarang hari Sabtu lho, Dek," ujar Damar membuat Bianca terkejut, "lihat aja ke HP kamu."

Bianca menurut, gadis itu menyalakan HP-nya dan ternyata benar sekarang hari Sabtu.

Bianca cengengesan ke arah kedua orangtuanya. "Sorry lho Mih, Pih, terlalu semangat soalnya mau melakukan sesuatu sama Zemi."

"MELAKUKAN SESUATU?" Hana melotot ke arah Bianca.

"Eh ya Allah, bukan-bukan, Mih. Astaghfirullah, maksudnya bukan ke arah itu, Mih." Bianca kalang kabut menjelaskannya.

"Jangan macam-macam ya, jaga diri. Kalau memang udah enggak tahan, nikah aja sekalian," nasihat Damar.

"Apasih, Pih. Bianca mau kuliah dulu. Biar nanti anak Bianca bangga punya mamih berpendidikan tinggi," jawab Bianca.

"Bagus, yang fokus kuliahnya. IPK-nya naikin dari yang kemarin. Papih yakin kamu bisa."

Bianca tersenyum lebar. "Siap, Pih. Dari 3,6 naik ke 4. Huhu, aamiin."

Damar dan Hana mengaamiinkan keinginan sang putri dan mereka juga yakin jika Bianca bisa.

"Eh, Mih, Pih. Aku hubungin Zemi dulu, ya. Kayaknya jadi mau keluar hari ini deh. Tanggung udah rapi juga."

"Yaudah, pulang jangan malam-malam. Sore kalau bisa udah pulang."

Bianca mengacungkan jempolnya. "Siap, Pih."

***

My Sugar Boy🐯: Maaf, Bi. Aku ada urusan mendadak, kamu sendiri dulu. Enggak papa? Aku janji pulangnya aku jemput.

Bianca merasa jika dirinya tidak boleh menunda lagi acara meminta maaf pada Heru. Bagaimanapun ini akan menyangkut nilainya, meskipun tanpa Zemi, Bianca harus berani.

Kakak iparnya bilang jika Heru ada di rumahnya, pria itu tidak kemana-mana hari ini.

Ting nong.

"Permisi!!!"

Jantungnya mulai berdebar tak karuan tatkala dirinya berhasil memencet bel kediaman Heru, bahkan dengan suara cemprengnya itu Bianca berani bersuara.

Ting nong.

"Permisi!!!"

Untuk kedua kalinya Bianca melakukan hal yang sama dan untungnya kali ini terdengar balasan dari dalam rumah. Hingga akhirnya secara perlahan pintu di depan Bianca terbuka, menampilkan sosok yang paling dia hindari, namun terpaksa dia temui saat ini.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang