XVII - Pengakuan Heru

615 43 6
                                    


Awalnya memang tak pernah ku duga, namun akhirnya ini memang benar-benar nyata adanya. Kamu tahu itu apa? Itu ... cinta.

💄💄💄

Pagi hari di kediaman Damar dan Hanna nampak biasa saja, meskipun sebenarnya pasutri itu sudah sangat ingin mendatangi kediaman orang tua kekasih dari anaknya. Namun, semua mereka urungkan tatkala teringat jawaban sang anak kemarin.

“Bianca bisa nanganin ini sendiri. Bianca enggak mau buat mama Zemi makin benci sama Bianca. Bianca juga lagi males bahas soal hal apapun yang bersangkutan sama Zemi.”

Mereka tak paham sebenarnya apa yang sudah Zemi berikan pada anaknya sampai-sampai sudah disakiti seperti kemarin saja anaknya masih saja bertahan. 

“Bianca sarapan di kampus aja, Mih, Pih. Ada kelas pagi banget.”

“Bener? Dari kemarin belum makan, Bi.”

Bianca tersenyum tipis, jangankan makan, minum saja dirinya tak nafsu. “Diusahain aku makan di kantin. Lagian ini kelasnya pak Heru, malu kalau telat.”

“Yaudah, hati-hati nyetirnya. Jangan ngelamun. Nanti kita pulangnya agak telat. Lagi banyak yang nikahan. Soal makan tinggal angetin aja makanan pagi ini,” ujar Hanna diangguki Bianca sebelumnya akhirnya gadis itu menyalami dan mencium pipi kedua orang tuanya, lalu pamit pergi.

Tinggal satu jam lagi kelasnya Heru. Bianca janji tidak akan lagi bermasalah dengan dosen itu. Cukup masalah Zemi yang membuatnya pusing.

“Semangat Bianca, lo pasti bisa!” Begitu katanya sebelum akhirnya gadis itu mengendarai mobilnya menuju kampus.

***

“Lo udah denger ‘kan soal gosip anak FH yang namanya Bianca itu?”

“Bianca pacarnya Zemi itu? Kenapa emang?”

“Masa lo enggak tahu sih? Gossip ini lagi anget-angetnya loh.”

“Apaan? Yang soal dosen baru itu?”

“Nah itu. Kadang gue mikir, kenapa bisa sih berpaling dari Zemi yang sempurna itu. Cakep? Iya. Tajir? Jangan ditanya lagi. Pinter? Banget. Gila sih mau cari kayak apalagi coba.”

Mendadak nafsu makan Bianca yang tadi sudah kembali kian menyeruak entah kemana.

Rasanya ingin sekali dia melabrak dua mahasiswi yang bergosip tentangnya, namun Bianca rasa mengabaikannya itu lebih baik.

Pada akhirnya, Bianca memilih berjalan menuju kelas saja. Masih ada lima belas menit. Masih lama, tetapi nyatanya waktu terasa begitu cepat berlalu.

“Cacaku, lo baik-baik aja, ‘kan? Itu kok wajahnya pucat banget sih?” tanya Aulia tatkala Bianca mendudukan diri di samping gadis itu. Bianca tak lagi memilih duduk di samping Naka untuk hari ini.

“Gue baik-baik aja, Li,” jawab Bianca singkat.

“Ada masalah lagi sama Zemi? Kenapa lagi?” Aulia sudah hapal jika seperti ini ceritanya ya pasti alasannya adalah Zemi.

“Jangan dibahaslah, males gue. Khusus hari ini jangan bahas apapun soal tuh cowok. Males gue,” jawab Bianca sebelum akhirnya gadis itu menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di meja.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang