XLIV - Cekcok

616 46 8
                                    


Nyatanya semua laki-laki sama; sama-sama berpotensi menyumbang luka.

💄💄💄

Mood Bianca kacau karena tiba-tiba Heru mengatakan jika pria itu tidak bisa menjemput dirinya. Mungkin memang terdengar biasa saja, tetapi ada perasaan tak terima yang Bianca rasa. Belum lagi saat berpapasan dengan Heru di kampus, Heru tak menepati janjinya untuk memakai kemeja yang dia belikan. Lengkap sudah penderitaan Bianca pagi ini.

“Lho, ini yang lagi anget-angetnya kok malah ditekuk gitu sih mukanya?” tanya Aulia sembari menatap Bianca yang memasang wajah kesalnya. Naka, pria itu kembali duduk di meja samping Bianca pun lantas menatap Bianca pula dan merasa ada yang aneh dengan Bianca.

“Lo kenapa, Bi?” tanya Naka akhirnya.

Bianca menggeleng. “Gue enggak papa, kok.”

“Berantem sama pak Heru, ya?” tanya Aulia agak pelan, takutnya ada yang denger selain dia, Bianca dan Naka.

“Enggak juga,” balas Bianca singkat.

Aulia mendadak senyum-senyum penuh arti membuat Bianca dan Naka sama-sama mengernyit dahi. “Ya iyalah mana mungkin ‘kan berantem di saat waktu sorenya aja masih pelukan di pinggir jalan,” ucap Aulia diakhiri senyum menggodanya.

“Siapa yang pelukan di pinggir jalan?” tanya Bianca.

“Dih, pura-pura enggak tahu dia, Nak.” Aulia menatap Naka sembari menahan tawanya, sebelum akhirnya kembali menatap Bianca dengan senyum jahil miliknya. “Bi, sepikun itu, ya? Itu lho yang pelukan di depan penjual es buah. Awalnya gue juga enggak yakin itu pak Heru, eh pas didekati ternyata iya dan wajah ceweknya bahkan mirip lo, meski agak buram karena memang lumayan jauh. Tapi, nih gue ada buktinya!” Aulia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto yang dia yakini Heru yang tengah pelukan bersama Bianca.

Bianca mendadak merasakan sesak di dadanya dan hatinya mulai bertanya siapa gerangan wanita itu.

“Itu lo, ‘kan?” tanya Naka yang mendadak merasa aneh dengan gerak-gerik Bianca.

Aulia memukul pelan lengan Naka. “Ya iyalah, Nak. Masa cewek lain. Gila aja udah lamaran dan tiga bulan lagi nikah, tapi pelukan sama cewek lain.”

Bianca tersenyum sinis. Ternyata Heru bisa juga menyakitinya. “Apa harus sad ending lagi?”

“Bi, lain kali pelukannya di hotel kek. Modal dikit, ye. Baju aja lo beli tiap mata memandang terus suka. Lah, giliran pelukan sama doi malah dipinggir jalan,” ledek Aulia sembari tertawa geli dan gadis itu tak sadar jika ada yang aneh dari respon Bianca. Naka yang menyadari itu hanya bisa berdoa semoga semuanya baik-baik saja.

***

Zemi dan Milla baikan. Keduanya kembali seperti ibu dan anak pada umumnya. Contohnya seperti sekarang, Milla tengah membantu Zemi untuk berjalan tanpa kursi roda lagi. Dokter mengatakan jika kondisi Zemi perlahan membaik. Darah dalam tubuhnya perlahan stabil membuat Zemi tak lagi merasakan pening di kepalanya.

“Aku berasa kayak anak kecil yang baru belajar jalan,” gumam Zemi sembari memasang wajah kesalnya.

Milla tergelak singkat. “Udah, enggak usah gitu ah. Nikmati aja, ya? Yuk Mama bantu.”

Milla kembali menjelma menjadi sosok mama yang Zemi kenal beberapa tahun sebelum mereka menjadi asing.

Seulas senyum Zemi terpatri di wajah tampan nan pucatnya. “Ma, makasih, ya,” ucapnya.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang