XXXII - Amarah dan Rasa Kecewa

618 39 4
                                    


Orang yang kau anggap paling mengerti dirimu adalah orang yang paling besar berpotensi untuk mengecewakanmu.

💄💄💄

Perasaan Bianca tidak karuan, firasatnya mengatakan jika Zemi tidak baik-baik saja dan pria itu membutuhkannya. Itu sebabnya, Bianca memilih mengirim pesan pada Hera jika dirinya harus segera pulang karena maminya yang terus memintanya untuk pulang. Padahal, nyatanya kini Bianca berdiri di depan Jakarta Hospital. Ya, Bianca berbohong.

“Maafin Bianca, tapi Bianca enggak bisa tenang kalau enggak kayak gini.”

Menghembuskan napasnya sejenak, dan akhirnya sang kaki pun melangkah menuntunnya masuk ke rumah sakit di mana Zemi dirawat seperti yang diinfokan oleh Agasa beberapa hari lalu.

“Sekalian gue mau pamit sama lo, gue mau nyamperin yang seseorang yang katanya butuh gue, tapi gue tahu sih orang itu bukan butuh gue, tapi cewek lain.”

Sepenggal kalimat yang Gabriella ucapkan tadi sungguh mengusiknya, itu sebabnya Bianca memberanikan diri membohongi Hera dan bergegas ke tempat ini.

“Gue enggak tahu dia dirawat di ruangan apa,” gumam Bianca sesaat setelah dirinya sampai di lobi rumah sakit. Agasa mungkin memberi tahu jika Zemi dirawat di sini, namun tak pernah memberi tahunya soal ruangan tempat Zemi dirawat.

“Resepsionis,” ucap Bianca dengan mata berbinar tatkala netranya menangkap meja resepsionis. Tak mau menunggu lama lagi, akhirnya gadis itu melangkah mendekat ke resepsionis.

“Permisi, Bu,” sapa Bianca.

Resepsionis cantik itu membalas sapaan Bianca dengan senyuman manisnya. “Iya, ada yang bisa saya bantu?” tawarnya.

“Say—”

“Maaf, Mbak. Sepertinya calon istri saya tidak jadi bertanya karena sudah bertemu dengan saya.”

Deg.

Suara Heru.

Bianca membalikkan badannya dan tepat sekali dugaannya benar jika itu memang Heru. Pria itu tersenyum manis sebelum akhirnya menggenggam tangannya dan menariknya keluar dari rumah sakit.

“Ini yang namanya disuruh pulang mami kamu?” tanya Heru tatkala keduanya sampai di samping mobil milik pria itu.

Bianca menunduk takut, bukan hanya takut, tetapi kini dirinya pun malu.

“Kamu mau ketemu Zemi, ‘kan? Kamu mau ketemu dia, Bianca? Kenapa harus berbohong? Kak Hera bahkan khawatir soal kamu, Bianca. Apa kamu tidak memikirkan itu?” sambung Heru dengan nada yang tak biasa, nada bicaranya kali ini terdengar tak selembut biasanya.

“Maaf,” ujar Bianca pelan tanpa mau mendongak menatap Heru.

Heru mengepalkan tangannya menahan amarahnya yang sudah memuncak. Dia kecewa? Tentu. Bahkan dia merasa diselingkuhi sekarang. Heru tak akan menghalangi Bianca jika gadis itu ingin menjenguk Zemi, tetapi bukan seperti ini caranya.

“Sekarang pulang dan saya yang antar,” putus Heru mutlak.

***

“Kamu bikin Mami Papi malu, Bianca!”

Sampai di kediaman orangtua Bianca, Heru menceritakan semuanya. Bianca sendiri hanya bisa menunduk malu dan pada akhirnya lari ke kamarnya. Bianca tahu dirinya salah, tetapi apa bisa mengerti Bianca sekali ini saja?

“Mau ngapain kamu ke sana, hah?! Mau dipermalukan lagi?! Mau dihina-hina lagi?! Mau diinjak-injak lagi harga diri kamu?!”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang