Extra Part

2.1K 53 7
                                    

Minggu pagi memang menjadi waktu yang pas untuk lari pagi entah bersama keluarga, teman, pacar atau bahkan istri layaknya yang dilakukan oleh Zemi.

Pagi ini, Zemi memilih lari pagi di taman kompleknya bersama sang istri, Gabriella. Tatapan pria itu terpaku pada sepasang suami istri muda yang tengah mengajak putra kecil mereka.

Gabriella yang melihat apa yang Zemi lihat pun lantas mengusap lengan sang suami membuat Zemi lantas menatapnya. “Maaf ya aku belum ngasih kamu anak.”

Zemi tersenyum manis. “Enggak usah minta maaf, Sayang. Lagian perkara anak itu bukan perkara kita saja, tapi juga ada takdir Allah yang berperan. Mungkin Allah masih mau kita pacaran berdua, jangan dipikirin ya.”

Gabriella tersenyum lega, setidaknya dia yakin jika Zemi tak akan meninggalkannya. Meskipun belum memberi pria itu anak, padahal beberapa hari lalu mereka merasakan satu tahun pernikahan mereka.

“Papa!!!”

Seorang bocah berlari ke arah Zemi dan memeluk kakinya erat seakan meminta perlindungan pada sang ayah.

Gabriella dan Zemi saling tatap kebingungan. Lalu, keduanya kompak menatap kanan kiri kali saja ada orangtua yang kehilangan anaknya.

Melihat semua baik-baik saja, Gabriella lantas berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh bocah yang kini memeluk kaki sang suami. “Hai, Sayang. Lihat Tante dulu, yuk?” bujuk Gabriella dengan suara lembutnya.

Bocah itu sedikit menggeser wajahnya dari kaki Zemi agar bisa melihat orang yang mengajaknya bicara. “Tante siapa? Aku cuman mau sama papa.”

“Kak, kayaknya ini anaknya kak Bianca deh,” ucap Gabriella membuat Zemi tercengang. Anaknya Bianca? Atta maksudnya? Kok bisa?

Zemi lantas meraih tangan bocah tadi hingga pada akhirnya bocah itu melepaskan pelukannya pada kakinya dan ternyata tebakan Gabriella itu benar. Ini Attarazka Nasution, putra Bianca dan Heru yang baru berumur dua tahun.

“Kok kamu bisa ke sini, Nak? Mama papa kamu dimana?” tanya Zemi.

“Mama tadi nelpon terus aku ngejar barang mama yang ngegelinding terus waktu aku dapat barangnya, aku enggak lihat mama dan lihat Papa di sini. Makanya aku ke sini. Ke Papa,” jelas Atta dengan wajah ketakutan.

“Sekarang biar Atta sama kita aja, Kak. Nanti kita hubungi kak Biancanya,” saran Gabriella yang langsung Zemi setujui. Lagipula bocah ini butuh ketenangan sejenak karena jelas sekali jika Atta ketakutan dan itu pasti karena hilangnya sang mama alias Bianca, mantan kekasihnya.

“Kamu enggak keberatan?” tanya Zemi pada sang istri.

Gabriella menggeleng. “Semua udah lalu, Kak. Lagian kasihan Atta.”

Zemi menghela napasnya. “Yaudah, kita bawa pulang dulu.”

“Setelah hampir tiga tahun kita enggak ketemu, apa ini cara Tuhan buat mempertemukan kita lagi, Bi?”

***

“Aku seneng deh bisa ketemu Papa bukan lagi cuman lihat dari foto yang suka bang Evan kasih ke aku.”

Sembari menunggu jemputan Bianca, Zemi mengajak Atta untuk bermain sejenak dengannya di lapangan futsal yang beberapa saat ini sepi karena kesibukan para sahabatnya yang kini sudah menemukan pasangan masing-masing, ya kecuali Naka yang masih dilema antara Aulia atau Dea.

“Jadi, kamu anggap aku Papa itu karena bang Evan?” tanya Zemi.

Atta mengangguk. “Bang Evan selalu bilang kalau aku punya papa dua, satunya papa Heru, satu lagi papa Zemi. Bang Evan juga punya banyak papa, papa Agasa, Papi Zemi, ayah Devon sama babab Naka.”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang