XLV - Batal

607 46 14
                                    

Satu kesalahan bisa berakibat fatal, bahkan pada rencana yang sekalipun sudah kau rancang sedemikian rupa.

💄💄💄

"Bianca! Bianca tunggu! Bianca, lo mau kemana?!"

Aksi kejar-kejaran antara Naka dan Bianca menjadi pusat perhatian mahasiswa lain yang lalu lalang, bahkan tak sedikit dari mereka yang memilih berhenti sejenak hanya untuk melihat itu. Namun, tak ada yang berani mengikuti atau merekam karena mereka cukup takut akibat pesan dekan beberapa hari lalu.

"Bianca!" Naka berhasil menggapai tangan Bianca membuat Bianca terpaksa menghentikan langkahnya. Melihat Bianca yang menangis, Naka lantas menarik gadis itu ke dekapannya.

"Hiks. Gue mau pergi, Nak. Hiks. Lepasin gue," ujar Bianca sesegukan sembari berontak. Namun, Naka semakin mengeratkan pelukannya membuat Bianca tak bisa berbuat apa-apa.

"Lo kenapa? Lo kenapa nangis? Cerita sama gue. Kita temen, bahkan lebih, Bi. Gue udah anggap lo sebagai adik. Lo nangis sama aja nyakitin perasaan gue."

"Gue mau kabur, Nak. Gu-gue capek di sini. Gue butuh pelarian. Sebentar aja. Please, lepasin gue."

Naka mengurai pelukannya dan menangkup kedua sisi wajah Bianca yang sembab. "Lo enggak perlu pergi. Lo punya gue, Devon, Agasa, bahkan Aulia."

Bianca menggeleng. "Gue mau pergi dari kota jahat ini. Gue enggak kuat."

"Lo ada masalah sama pak Heru?" tanya Naka tepat sasaran. "Cerita aja, Bi. Cerita. Jangan dipendam sendirian."

"Di-dia masih sayang sama mantannya. Yang dia peluk sore kemarin itu mantannya bukan gue, Nak. Bukan. Hiks. Gue enggak sanggup, Nak. Hiks. Biarin gue pergi."

Naka mengepalkan tangannya. Naka sadar memang ada yang tidak beres sejak tadi pagi. Dugaannya ternyata salah, Heru bukan orang yang tepat untuk Bianca.

Naka menghela nafasnya guna meminimalisir emosinya. "Lo mau pergi kemana? Jangan gegabah, Bi."

"Gue mau kabur sama kak Gavin, Nak. Cuman dia yang enggak bisa dihubungi keluarga ataupun temen gue. Gue mohon jangan cari gue. Setidaknya sampai gue tenang."

Gavin, hanya pria yang bisa membantu Bianca sekarang.

Bianca memang belum mencintai Heru, tetapi tetap saja dia merasa sakit hati tatkala tahu jika pria itu masih menyayangi mantannya, padahal baru beberapa hari lalu pria itu berjanji akan membahagiakannya, berusaha menggantikan posisi papinya. Haha, nyatanya semua itu bulshit!

***

"Kamu lihat Bianca? Dimana dia?"

Naka menatap Heru tak bersahabat. Pria itu masih tak terima jika Heru menyakiti Bianca. Hanya dia yang bisa menjaga Bianca di kampus sekarang. Devon dan Agasa sudah bekerja demi keluarga mereka. Zemi dan Diana pergi jauh dari ibu kota. Hanya Naka, hanya dia yang bisa menjaga Bianca. Akan tetapi, Naka gagal. Lagi-lagi dia gagal.

"Saya denger kamu kej-"

"Bapak enggak usah cari dia. Dia lebih baik enggak ketemu Bapak lagi," sela Naka yang tak peduli lagi akan etika antara dosen dan mahasiswa. Di sini, anggap saja Naka adalah kakak Bianca dan Heru adalah pria brengsek yang menyakiti adiknya.

"Saya salah. Saya sadar itu, tapi izinin saya untuk ketemu dia. Kita perlu bicara berdua. Empat mata," jelas Heru tak mau menyerah.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang