Epilog

1.7K 49 21
                                    

“Terkadang perpisahan membawa kita pada kebahagian yang sesungguhnya.”

💄💄💄

Lalu lalang kendaraan di jalanan ibu kota yang tak pernah tidur, kini menjadi objek menarik bagi gadis yang terdiam di halte yang terlihat sepi karena memang hari sudah larut malam. Namun, jangankan untuk pulang, untuk bergerak saja rasanya gadis itu tak bergairah. Kejadian beberapa jam lalu masih membekas di ingatannya.

“Bianca.”

Gadis itu menoleh seiring dengan panggilan seseorang yang sedari tadi setia menemaninya di halte ini, seseorang itu Heru.

“Kenapa?” tanya Bianca.

“Udah sedihnya?” Heru bertanya bukan untuk kali pertamanya karena sudah terhitung lima kali dengan ini pria 29 tahun itu bertanya demikian.

Bianca menghembuskan napasnya. “Sedih enggak sedih, semuanya tetap sama, ‘kan? Dia menyerah dan aku harus nerima.”

Bianca mengira pulangnya ‘dia’ yang tak lain Zemi itu akan membawa berita bahagia untuknya. Namun, nyatanya tidak. Pria itu memilih mengakhirinya dan Bianca harus menerima itu karena memaksa saja percuma. Bianca tak mungkin memaksa seseorang yang sudah tak mau berjuang dengannya.

“Boleh enggak sih Mas egois karena Mas bahagia saat dia menyerah dan kamu kembali pada Mas,” ucap Heru terdengar becanda namun sorot matanya mengatakan kesungguhan yang tak terkira.

“Egois enggaknya Pak Heru ‘kan tetap aja akhirnya dia nyerah,” balas Bianca diakhiri senyum kecutnya.

Heru meraih salah satu tangan Bianca kemudian menggenggamnya erat. “Mas tahu kamu masih berharap sama dia, tapi untuk sekarang Mas harap kamu bisa ikhlaskan dia dan kita mulai semuanya dari awal. Kemarin Mas salah, Mas sadar dan Mas minta maaf untuk itu.”

Bianca tak bodoh untuk menilai jika Heru memang benar-benar tulus padanya. “Sebelum Bianca jawab, boleh Bianca nanya?”

Heru mengangguk mempersilahkan.

“Kenapa Mas Heru ada di sana?”

“Zemi yang menghubungi Mas untuk datang ke sana.”

“Jadi, segitunya dia mau menyerah ya, Mas?” lirih Bianca lagi-lagi merasakan sesak di dadanya tatkala tahu jika Zemi memang benar-benar menyerah.

Andaikan Heru tak bisa menahan emosinya mungkin sekarang Heru akan membentak Bianca dan mengatakan jika dia tak suka jika Bianca terus membahas soal pria lain terlebih itu Zemi, pria yang jelas-jelas masih mengisi hati Bianca.

Heru meredam emosinya dengan tersenyum manis. “Memang lamaran dan rencana kita beberapa waktu lalu itu tidak berarti untuk kamu, Bi? Apa tidak ada sedikit saja perasaan untuk Mas?”

“Bianca menghargai semua itu, Bianca bahagia bisa ada di titik itu. Bianca juga merasa nyaman dan aman saat sama Mas Heru. Meskipun memang perasaan cinta Bianca masih untuk Zemi, tapi Bianca sadar sekarang Bianca harus menghapus itu semua.”

Bianca menjeda ucapannya, tangannya tergerak membalas genggaman tangan Heru. Tatapan keduanya saling beradu diiringi semilir angin malam yang menusuk kulit mereka. “Bianca rasa Zemi benar. Cuman Mas Heru yang pantas buat aku sekarang. Mungkin emang kita harus mulai dari awal, tapi Bianca janji Bianca akan usahakan sebisa Bianca.”

“Maksud kamu?” tanya Heru memastikan.

Bianca tersenyum lebar sebelum akhirnya menjawab, “Bianca mau berjuang sama Mas Heru. Kita lanjutkan rencana kita yang sempat terjeda karena kejadian kemarin.”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang