XLVI - Pertanda Kembali?

612 41 8
                                    


Kita tak pernah tahu bagaimana semesta bekerja dalam menentukan garis takdir kita. Maka dari itu, jaga selagi ada dan hargai selagi bisa.

💄💄💄

Bug.

Pukulan keras itu menghantam pipi Heru. Pria itu baru saja sampai di rumahnya, namun sambutan yang ia dapat adalah sebuah pukulan yang dilayangkan sang papa.

“MALU-MALUIN!” maki Nugra sembari menatap tajam sang anak. Ria memegangi tangan sang suami mencegah agar tak ada pukulan kedua untuk putranya. “Papa udah pernah bilang kalau kamu belum siap, jangan sok-sokan mau nikah!”

Heru menunduk sembari memegangi pipinya. Ucapan sang papa bagai angin berlalu di pendengarannya. Yang dia pikirkan saat ini adalah keberadaan Bianca. Apa dia baik-baik saja?

“Hera, ajak Papamu ke ruang tamu. Mama mau ngobrol berdua sama adik kamu,” titah Ria pada putrinya.

Hera lantas melepaskan genggamannya tangannya dari tangan sang suami dan langsung menghampiri sang papa. “Pa, ayo!” ajaknya. Nugra tak menolak, pria itu menurut pada sang anak.

Kini, hanya ada Ria dan Heru saja. Ria menghampiri Heru dan memeriksa pipi sang anak yang baru saja dipukul suaminya. “Sakit?” tanya Ria sembari menatap Heru.

“Lumayan,” jawab Heru seadanya.

Ria tersenyum lembut layaknya seorang ibu pada umumnya. “Ini enggak seberapa sama yang kamu lakuin sama Bianca, Nak. Mama sudah mewanti-wanti supaya kamu serius, tulus dan fokus. Godaan wanita lain di luar sana memang menggiurkan, tapi yakinlah tak akan seindah yang sudah kamu genggam.”

“Maaf.” Hanya kata itu yang bisa Heru ucapkan.

“Minta maaf sama Bianca bukan sama Mama.”

“Bianca pergi, Ma. Aku ke rumahnya, tapi enggak ada. Aku telpon, tapi diblokir, Ma. Heru bingung harus cari kemana lagi, Ma. Heru enggak mau kehilangan dia, Ma. Heru sadar, Heru cuman kasihan sama Nadila dan Heru cukup terkejut sama kedatangan dia lagi, makanya Heru sedikit melupakan Bianca. Aku enggak salah, ‘kan, Ma?”

“Kamu enggak salah, tapi enggak seharusnya kamu kayak gitu. Perempuan itu paling sensitif soal perasaan, Nak. Mama kalau jadi Bianca pasti kayak gitu juga. Perempuan maunya jadi satu-satunya, bukan salah satunya apalagi sampai dijadikan pelampiasan. Sakit rasanya.”

Heru memeluk sang mama, menumpahkannya kepalanya di pundak rapuh milik sang mama. “Maafin Heru, Ma. Maaf. Bantu Heru juga, Ma. Bantu cari Bianca. Heru enggak mau pisah sama dia, Ma,” mohonnya terdengar lirih.

Ria mengusap-usap punggung sang anak. “Akan Mama usahakan, Nak. Sabar, ya.”

“Maafin aku juga karena aku lagi-lagi bikin Mama papa kecewa,” ucap Heru tulus.

Ria mengangguk. “Mama maafin, Nak. Jangan sungkan untuk kembali pada keluarga kamu. Semarah apapun kita, kita tetap jadi pilihan paling tepat untuk kamu mengadu.”

“Iya, Ma. Makasih.”

***

Pernikahan Bianca sama pak Heru terancam batal.

Fakta itu mengganggu pikiran Zemi malam ini. Zemi tak munafik jika dirinya sedih karena Zemi yakin jika Bianca tak baik-baik saja. Di satu sisi, Zemi senang karena bisa saja ini adalah kesempatannya untuk kembali pada Bianca.

“Jangan pernah berpikir untuk kembali pada Bianca hanya karena kamu tahu hubungannya sama calon suaminya sedang tidak baik-baik saja.”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang