XVIII - Bertahan Atau Melepaskan?

621 39 14
                                    


Memilih yang pasti, tapi tak kita cintai. Atau bertahan dengan yang kita cintai, tetapi tersakiti?

💄💄💄

“Saya punya Zemi, asal bapak tahu.”

Setelah terjadi keheningan beberapa saat di antara keduanya, kini ucapan Bianca memecah keheningan itu.

Jujur, Bianca cukup terkejut dengan pengakuan Heru. Dia tak menyangka jika Heru bisa sejauh itu padanya.

“Saya tahu,” jawab Heru dengan entengnya.

“Lalu, apa yang bapak harapkan dari saya?” Sepertinya Bianca harus mengikuti permainan Heru saat ini. Bianca penasaran apa sebenarnya yang Heru harapkan darinya.

Heru terdiam beberapa saat, dia mencerna apa yang sebenarnya dia inginkan. Heru pun cukup bingung, namun akhirnya dengan yakin dia menjawab, “Saya tak mengharapkan apa-apa kecuali jangan benci saya dan jangan canggung setelah ini. Saya tahu untuk saat ini mungkin kamu tidak bisa menerima cinta saya, tapi harus kamu tahu saya siap menunggu sampai hari di mana kamu akan menerima saya.”

“Saya dan Zemi saling mencintai, bahkan sudah sejauh ini kami bertahan. Bapak yakin jika hari itu akan tiba?” tanya Bianca yang heran dengan jalan pikir dosennya ini.

“Hanya saling mencintai tidak cukup untuk mencapai pernikahan karena pada dasarnya dalam pernikahan ada dua keluarga yang disatukan bukan hanya dua orang saja. Maaf, tapi saya tahu masalah restu pihak Zemi. Kamu perempuan Bianca, seharusnya kamu diperjuangkan bukan memperjuangkan.”

“Apa salah saya berjuang untuk yang sangat saya cintai dan ingin saya miliki?”

“Tidak, tapi jika berlebihan dan menyakitkan lebih baik berhenti. Kamu terlalu berharga untuk disakiti, Bianca.”

Hening.

Bianca tak bisa berkata-kata, sungguh kenapa yang Heru ucapkan semuanya benar. Bianca merasa tertampar oleh kalimat Heru.

Heru tersenyum tulus ke arah Bianca sebelum akhirnya dia kembali berkata, “Saya tidak bermaksud buruk akan hubungan kamu dan Zemi, tapi saya hanya ingin mendorong kamu untuk sadar bahwa ada yang lebih pantas kamu ajak berjuang. Saya pamit. Jaga diri baik-baik.”

***

“Mantan lo berulah lagi.”

“Bukannya kata Abang dia sakit.”

“Justru itu. Dosen yang berantem sama gue kemarin itu yang bawa mantan lo ke ruang kesehatan. Lo tahulah mantan lo itu kayaknya berat, ideal tapi enggak langsing, mana jarak FH ke ruang kesehatan itu cukup jauh. Belum lagi, Heru sama mantan lo itu emang pernah ada gosip.”

“Bianca emang suka makan, mustahil badan dia langsing kayak Diana.”

Danu melirik sang adik, Gavin yang tersenyum sembari menatap lurus ke depan seakan-akan pria itu mengingat masa lalunya bersama Bianca.

“Lo jangan gagal move on sama tuh cewek,” ketus Danu yang memang tak menyukai segala hal tentang Bianca dan Gavin.

Gavin menggeleng. “Gue udah ikhlas, tapi gue cukup punya simpati sama dia. Dulu, gue mungkin benci sama dia, tapi seiiring bertambah usia gue, gue sadar kalau enggak seharusnya gue benci sama Bianca. Bianca adalah salah satu alasan gue mau berjuang sama ada di titik kesuksesan yang gue raih saat ini.”

“Cepet cari cewek sana! Gue enggak bakalan setuju lo balik sama tuh cewek.”

Danu yakin jika Gavin memang belum sepenuhnya melupakan Bianca. Danu tak menampik jika Bianca yang mendorong Gavin untuk bangkit sejak masa SMP karena meninggalnya kedua orangtua mereka kala itu.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang