XXXI - Bertemu Gabriella dan Permainan Hati

599 37 4
                                    


Memilihnya bukan berarti perasaan untukmu telah hilang seutuhnya.

💄💄💄

“Pak Heru hari ini ulang tahun?”

“Iya. Kenapa kamu bisa tahu?”

“Mami yang bilang katanya tahu dari mamanya pak Heru. Kenapa enggak bilang?”

“Kenapa saya harus bilang?”

Bianca tak langsung menyahut, dia terdiam sejenak dan berpikir. Heru ada benarnya juga, tetapi kenapa pertanyaan itu sedikit menohok hatinya?

“Saya bercanda, Bianca. Maaf.” Heru sadar dia salah bicara.

“Bapak enggak salah kok. Lupain aja.” Nada bicara Bianca sedikit berubah dan Heru sadar akan hal itu.

“Bianca saya tidak bermaksud apa-apa. Maafkan saya.” Lagi-lagi Heru meminta maaf dan semakin merasa bersalah.

“Enggak papa, Pak. Santai aja. Btw, happy birthday and wish you all the best. Maaf kalau aku enggak bisa ngasih apa-apa.” Nada bicara Bianca kembali seperti sedia kala tentu hal itu membuat Heru merasa lega.

“Terima kasih, Bianca. Asal kamu tahu, jawaban kamu tadi adalah kado terindah bagi saya. Sekali lagi terima kasih.”

Bianca tersenyum tipis tatkala bayangan kejadian di restoran beberapa jam lalu berkeliaran di kepalanya. Bianca sadar jika Heru memang pria baik dan pria itu pantas dirinya terima. Bersama Heru, Bianca merasa dilindungi, dipedulikan, dan dihargai. Setidaknya itu cukup, biarkan urusan hati mengikutinya seiring berjalannya waktu.

“Jika kamu tidak keberatan, boleh saya minta tolong sama kamu?”

Lamunan Bianca buyar dan gadis itu kembali ke alam sadarnya. “Boleh, Pak,” jawabnya tak pikir panjang.

“Kak Hera ngidam pengin shopping bareng kamu, kamu bisa besok?”

“Bisa, Pak. Buat bumil mah harus dibiasakan, Pak. Kata mami kalau enggak bisa ileran.”

“Syukur kalau begitu dan permintaan saya satu lagi. Boleh?”

“Boleh.”

“Jangan panggil saya ‘bapak’ lagi, panggil ‘mas’ atau panggilan lain terserah kamu. Saya bukan bapak kamu, mungkin di kampus iya saya dosen kamu, tapi di luar itu saya calon suami kamu, Bianca. Apa kamu bisa?”

Calon suami.

Bianca sadar hal itu, tetapi kenapa rasanya bukan ini yang dia inginkan? Ya Tuhan, jangan goyahkan hatinya lagi. Kuatkan Bianca demi kebahagian mami papinya dan demi pria sebaik Heru.

Bianca menghela napas sebelum akhirnya menjawab, “Iya, Ma-mas? Gapapa, ‘kan?”

Terdengar tawa renyah Heru di seberang sana. “Sangat tidak apa-apa, Bianca. Saya suka. Btw, kamu lucu ya. Belum terbiasa jadi kesannya masih malu-malu. Saya paham, nanti juga pasti terbiasa. Sekali lagi terima kasih, Bianca. Ini sudah malam, sebaiknya kamu tidur. Selamat malam dan mimpi indah, Bianca.”

***

“Kakak seneng bisa belanja sama kamu. Kamu seneng juga, ‘kan?”

Bianca tersenyum kaku, dia belum terbiasa berduaan dengan Hera. Ya, kini mereka hanya berdua. Sebenarnya tadi bertiga dengan Heru, namun dikarenakan bapak dosen yang satu itu mendadak ada urusan. Jadi, kini mereka hanya berdua saja.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang