XIX - Apa Benar Ini Cinta?

573 43 9
                                    


Bukan cinta namanya jika kau terus memaksa tanpa memikirkan yang dia rasa.

💄💄💄

“Gue harap lo tahu batasan, Ru.”

Alya berucap demikian seraya menyuguhkan secangkir teh untuk Heru yang berkunjung ke rumahnya atau lebih tepatnya menjenguk Bianca yang memang akan menginap di rumahnya karena Damar dan Hana akan pulang larut.

“Salah gue ngejar apa yang pengin gue kejar?” balas Heru membuat Alya kontan menoleh ke arah pria itu.

“Bianca masih sama Zemi, Ru. Hubungan mereka lagi enggak baik, belum lagi adanya lo. Makin runyam nanti. Lagian gue masih enggak yakin sama perasaan lo ke Bianca. Nadila sama Bianca beda, Ru. Ingat itu!” Kali ini Alya benar-benar jengkel dengan sikap Heru. Alya tahu Heru baik, tetapi hargai juga status Bianca yang masih memiliki kekasih. Meskipun hubungannya dengan Zemi sedang tak baik-baik saja bukan berarti Heru bisa masuk di antara keduanya.

“Saya tulus, Alya!” tegas Heru.

Alya menggeleng. “Gue enggak yakin. Gue enggak mau Bianca tersakiti lagi nantinya. Please, Bianca cukup banyak masalah sama hubungannya. Belum lagi nanti gosip di kampus. Lo dosen, Ru. Lakuin apa yang seharusnya dilakuin.”

Alya menghela nafasnya sebelum akhirnya ibu satu anak itu bangkit dari kursinya dan menepuk bahu Heru. “Lo emang baik, lo mapan, lo dewasa, tapi lo enggak berhak ngejar pacar orang, Ru. Kalau lo mau berjuang, tunggu Bianca sama Zemi putus, itupun kalau enggak jodoh. Lo pikirin juga Bianca, dia pasti sekarang banyak digosipin di kampusnya. Kasihan Bianca, Ru. Lo tahu ‘kan masalahnya sama Zemi aja ribet, jangan nambah masalah baru dulu. Gue masuk, ya. Maaf kalau tersinggung, gue cuman mau ngelindungin adik gue aja. Semoga lo paham.”

Setelahnya Alya masuk ke rumahnya meninggalkan Heru yang diam membisu di teras rumahnya.

Kevin, kakak kandung Bianca itu mendengar apa yang Alya ucapkan dan Kevin setuju dengan Alya. Bukannya Heru tidak baik, tetapi waktunya yang kurang tepat.

“Aku enggak salah, ‘kan?” tanya Alya tatkala menemukan sang suami yang berdiri di depan pintu.

Kevin tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. “Kamu benar. Waktunya kurang tepat. Kita doakan yang terbaik aja. Kalau memang Heru jodoh Bianca, pasti ada jalannya. Begitupun dengan Zemi, pasti ada jalannya.”

***

“Kalian mau kemana sebenarnya?” tanya Diana pada ketiga pria yang kini berkumpul di ruang tamu kediamannya.

“Ke rumah Zemi, Na,” jawab Devon.

“Malam-malam gini? Mau nginep?” Diana kembali mengajukan pertanyaan.

“Enggak, Diana. Kita cuman mau jenguk dia. Katanya dia sakit. Naka tadi mau ke sana, tapi keburu disuruh pulang. Makanya sekarang, sekalian bareng-bareng,” jawab Agasa menjelaskan sejelas-jelasnya.

Devon tersenyum tengil. “Takut amat ditinggal suami, Na. Kangen, ya?” godanya.

Diana sontak menggeleng, meskipun dalam hatinya dia menjawab ‘iya’. Diana ‘kan gengsi.

“Bentar ya, gue ambil sesuatu buat kalian. Biar enggak masuk angin.” Diana lantas bergegas meninggalkan ketiga pria itu.

“Enak ya kalau punya istri, ada yang ngurus,” celetuk Naka membuat Devon lantas tertawa kencang.

“Makanya cari istri sana,” ledek Devon setelah meredakan tawanya.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang