IV - Kejutan Sang Semesta

912 60 27
                                    

Sebaik-baiknya permainan adalah permainan semesta.

💄💄💄

Masih dengan mood buruknya, Bianca lantas akan meminta Zemi untuk menjemputnya, meskipun Bianca sendiri membawa mobil, ya setidaknya mobilnya bisa dititipkan di rumah kakaknya.

“Halo, Cantik. Ada apa?”

“Jemput aku, aku udah bete. Pokonya lim—”

“Aku enggak bisa,” sela Zemi di seberang sana, “urusan aku belum selesai, Bi. Kamu sendiri dulu bisa?”

“Kamu udah janji, Zem! Aku enggak suka ya sama cowok ingkar janji!” protes Bianca dengan nada jengkelnya yang sangat kentara.

Terdengar helaan nafas Zemi di seberang sana. “Bi, ini masalah bukan sekedar masalah. Kamu harus ngertiin aku, okay?”

“Selalu aja gitu! Udah hampir lima tahun ini kamu selalu gini, tapi kamu enggak pernah ngasih tahu aku masalah apa yang kamu maksud! Kamu anggap aku apa sih?”

“Hei, kok ngelantur sih. Aku order makanan, mau? Biar moodnya baik lagi. Kayaknya lagi badmood nih, mau ya?” bujuk Zemi membuat Bianca semakin kesal saja. Bianca hanya ingin Zemi menjemputnya bukan order makanan atau apalah itu.

“Enggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang, Zem.”

“Lho, aku enggak maksud gitu.”

“Kamu enggak maksud gitu, tapi kelakuan kamu melakukan hal sebaliknya. Udahlah terserah kamu, aku capek, ya.”

Tut.

Masih dengan perasaaan kesalnya, Bianca lantas menghubungi Naka dan bertanya keberadaan pria itu. Ternyata Naka sedang berada di cafe yang kebetulan tak jauh dari lokasi Bianca sekarang, lagipula Naka juga sedang mengerjakan tugas. Menyusul Naka adalah pilihan terbaik Bianca saat ini.

***

“Kenapa sih? Berantem?”

Pertanyaan Naka barusan menyambut kedatangan Bianca membuat gadis itu menghela nafasnya tanpa menjawab.

“Zemi cerita katanya lagi ada cekcok dikit. Terus dia juga pesan katanya jangan sampai lo lari ke cowok lain,” tambah Naka.

“Ya kali gue kayak gitu, kalau gue kayak gitu udah dari dulu kali, Nak,” bantah Bianca.

“Oke, terus ada masalah apa sampai cekcok?” tanya Naka hati-hati. Zemi bilang Bianca itu aneh, sepertinya ada hal yang terjadi pada gadis itu.

“Menyangkut pak Heru, Nak,” jawab Bianca jujur.

Mendengar nama dosen baru di fakultasnya itu membuat Naka lantas membuka kacamata bacanya lebih dulu. Kini tatapan Naka lurus pada Bianca. “Pak Heru? Kok bisa? Lo ada apa sama pak Heru?”

Meski Bianca malu untuk menceritakannya, namun akhirnya Bianca menceritakan perihal kejadian meminta maafnya pada Heru. Naka mendengarkannya dengan seksama sampai akhirnya Bianca menyelesaikan ceritanya.

“Kalau menurut gue, lo salah,” ucap Naka.

Alis Bianca terangkat sebelah. “Salah? Minta maaf, salah?”

Naka menggeleng. “Bukan minta maafnya, tapi caranya.”

“Iya, kah? Kok bisa? Gue datang baik-baik, lho.”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang