XXXIX - Hanya Kita, Tanpa Dia

512 37 9
                                    

Aku memang punya masa lalu, namun ketika menemukanmu, percayalah aku hanya ingin kamu yang menjadi pelabuhan terakhirku.

💄💄💄

“Idih eta saha euy?”

Lainna eta mah adik iparna si Alya.”

Naha bisa jeung si Heru? Kabogohna ge keturunan Raharja. Ngeri cuy bersaing sama keluarga eta mah.”

Bianca tersenyum kikuk ketika ketiga pria seumuran Heru menyambut kedatangan Heru dan dirinya dengan ucapan demikian. Belum lagi, Heru yang menggenggam tangannya membuat Bianca semakin tak karuan saja.

“Punya gue sekarang, udah jadi mantannya kali itu mah,” balas Heru akhirnya.

“Nikung maneh mah, Ru. Baheula urang hayang tapi ngeri bersaing sama keluarga Raharja,” ucap si kemeja biru, entah siapa namanya Bianca tak tahu.

“Nasib, terima aja,” ujar Heru santai sebelum akhirnya pria itu menarik Bianca melewati ketiganya. Ketiga pria itu menatap lekat Bianca dan Heru.

“Maaf ya mereka emang suka gitu,” ucap Heru setelah menjauh beberapa meter dari ketiga pria tadi.

“Enggak papa, kok. Lagian Bianca enggak terlalu paham, meskipun paham mereka bawa-bawa nama keluarga Zemi,” balas Bianca.

Heru tersenyum tipis kemudian kembali menuntun keduanya untuk berjalan menuju tuan rumah yang sesungguhnya.

“Heru!!!” pekik wanita yang Bianca yakini sebagai wanita yang baru saja melahirkan. Lihat saja, wanita itu menggendong bayi mungil di tangannya. “Ini siapa?” tanya wanita itu sembari menatap Bianca dengan senyuman ramahnya.

“Calon,” jawab Heru singkat.

“Syukur deh, setelah sekian lama jomblo dapat juga ‘kan. Eh, tapi bukannya ini adik iparnya Alya, ya?”

Bianca tidak tahu bagaimana mereka bisa mengenal dirinya sebagai adik ipar Alya. Mungkin Alya bercerita tentangnya dan Bianca bisa menebak jika perkumpulan saat ini adalah teman Heru semasa kuliah yang artinya temannya Alya juga.

“Iya, Bianca namanya.” Heru membenarkan hal itu.

“Oalah, kasihan si Fadli. Dari dulu ngincer, tapi enggak berani bersaing sama kelurga Raharja katanya.”

Jadi, si kemeja biru itu namanya Fadli. Baik, Bianca makin tidak paham kenapa bisa begini ya ceritanya?

“Belum jodoh, jodohnya dia ya gue,” balas Heru dengan pedenya. “Btw, kenalan dulu. Kasihan dari tadi diem,” sambungnya.

Wanita itu lantas mengulurkan tangannya. “Nala,” ucapnya.

Bianca menerima uluran tangan itu. “Bianca Zilla.”

“Jagain Heru, ya. Dia emang kalau udah bucin suka manja, pencemburu sama posesif,” ujar Nala sembari melepaskan tautan tangan keduanya.

“Enggak usah bongkar aib, lo emang mantan laknat, Nal.”

Pupil Bianca melebar mendengar kata ‘mantan’. Jadi, Nala mantannya Heru?

Nala tertawa renyah. “Lo gila aja sih bongkar aib gitu di depan calon. Jangan khawatir ya, Bianca. Udah lama kok kita mantanan, mungkin sepuluh tahun lalu.”

“Kamu enggak keberatan, ‘kan? Lagipula itu cuman masalalu Mas, Bianca.” Heru bertanya demikian sembari menatap Bianca intens. Hal itu tak luput dari pandangan Nala. Nala hanya berdoa semoga Bianca menjadi pelabuhan terakhir Heru nantinya.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang