XI - Sama-Sama Berjuang Untuk Bianca

696 46 15
                                    

Mungkin dia memperjuangkanmu dengan cinta yang bisa kau lihat langsung adanya, tapi biarkan aku memperjuangkanmu dengan cinta dari kejauhan dan tak pernah bisa kau lihat adanya.

💄💄💄

“Lingkar mata kamu makin jelas, Zemi. Jangan gadang terus.”

Zemi hanya mengangguk sembari memperhatikan Bianca yang sibuk menuangkan sup buatannya ke mangkuk. Saat ini mereka sedang di apartemen Zemi. Bianca sudah belajar masak sup dari Diana. Katanya Bianca ingin Zemi menjadi orang pertama yang merasakan sup buatannya.

“Jangan cuman ngangguk, lakuin!” omel Bianca sembari meletakkan dua mangkuk sup ke meja makan, kemudian gadis itu duduk di kursi yang berhadapan dengan Zemi.

“Aku ‘kan sibuk, Bi. Aku ambil kuliah lebih cepat, belum lagi bantuin papa di kantor. Umur papa udah lima puluh tahun, makanya aku harus secepatnya belajar biar bisa gantiin papa.”

“Aku tahu niat kamu baik, tapi jangan terlalu memaksakan. Tubuh kamu butuh istirahat.”

“Kamu khawatir?”

“Ya iyalah! Ngaco kamu!”

Zemi mengembangkan senyumnya. “Makasih, ya. Maaf kemar—”

“Jangan bahas itu lagi, ayo makan! Aku enggak tahu rasanya gimana, tapi aku udah usahakan kayak yang Diana ajarin kok.”

“Gimanapun nanti rasanya, aku suka kok. Namanya juga masaknya pakai cinta.”

Untung Bianca sudah kebal dengan gombalan pria itu.

Zemi lantas langsung mencoba sup buatan Bianca. Suapan pertama, rasanya tidak terlalu buruk, tetapi masih jauh dari kata sempurna. Namun, Zemi menghargai perjuangan Bianca.

“Enggak enak, ya? Maaf,” ucap Bianca merasa bersalah. Bianca tahu rasanya tidak begitu buruk, namun jauh dari kata lezat.

It's okay, Sayang. Masih bisa belajar,” hibur Zemi.

“Tapi aku bakalan jadi istri yang buruk kalau enggak bisa masak enak,” lirih Bianca.

Zemi menggeleng tak setuju. “Di rumah ‘kan ada maid, Sayang. Kamu enggak usah masak atau kamu bisa belajar sama mereka. Semua bisa diselesaikan. Tenang, oke?”

“Makasih ya udah mau nerima aku apa adanya,” ucap Bianca sembari menggenggam tangan milik Zemi. Hangat dan nyaman, dua itu yang dia rasakan tatkala tangannya menggenggam tangan pria itu.

“Sama-sama, Sayang. Aku janji bukan cuman sekedar ucapan aja. Nanti setelah misi kita mempertemukan kakek, nenek, mama, dan papa. Aku yakin mama pasti mikir dua kali buat enggak nerima kamu.”

“Aku harap itu yang terjadi.”

“Aku yakin, itu pasti terjadi.”

Zemi yakin misinya kali ini akan berhasil. Lihat saja nanti.

***

“Gue denger lo mau kondangan ya Minggu ini? Ikut dong.”

“Lo tahu darimana sih? Itu lagi main ikut-ikut aja. Lo enggak diundang,” sahut Bianca membalas permintaan Aulia yang terkesan random.

“Telinga gue mah tajam kalau soal Naka, Ca. Boleh ya Cacaku, please gue pengin kondangan. Lo tahu gue anak rantau, Minggu paling cuman rebahan, harusnya kan jalan-jalan buat refresh otak. Emang lo tega?”

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang