XXXV - Istri Kecil Mas

835 48 4
                                    

Mungkin tak selamanya soal tawa, tapi akan saya usahakan memberikan yang terbaik yang saya bisa.

💄💄💄

“Udah ashar juga kayaknya Heru sama Bianca mau pamit, Ma, Pa,” ucap Heru selepas dirinya pulang dari masjid bersama papanya.

“Padahal masih pengin ngobrol banget, tapi lain kali aja deh main lagi, ya. Nanti mah nginep kalau udah sama sah Heru,” ucap Ria sembari tersenyum menggoda ke arah Bianca yang hanya bisa menahan rasa malunya yang dia tutupi dengan senyuman.

“Tapi bentar ya, Papa mau bawa hadiah yang udah Papa siapin buat Bianca.”

Semua mata langsung tertuju pada Nugra yang sudah berlari ke arah lantai dua, mungkin ke kamar pria itu. Entahlah.

“Papa nyiapin apa emang, Ma?” tanya Heru.

Ria menggangkat bahunya. “Lihat aja nanti. Urusan cewek pokoknya. Bianca pasti suka deh.”

“Bianca jadi enggak enak, Bianca enggak bawa apa-apa ke sini, tapi udah numpang makan terus pakai dikasih hadiah segala.” Bianca menyesal karena patuh pada Heru yang mencegahnya untuk membawa bingkisan untuk kedua orangtua Heru.

“Enggak usah gitu deh, kamu ‘kan anak Mama juga nantinya. Pokoknya jangan malu-malu sama Mama atau sama Papa, ya?” Ria merangkul Bianca sembari tersenyum meyakinkan calon menantunya itu.

Perlahan, Bianca menganggukkan kepalanya. Lagi-lagi perasannya dibuat bahagia karena perlakuan orangtua Heru. Heru yang melihat itu pun ikut tersenyum senang. Kini bahagia Bianca adalah bahagianya juga.

Beberapa menit kemudian, Nugra tiba dengan satu paper bag di tangannya. Pria paruh baya itu langsung menghampiri Bianca dan menyodorkan paper bag itu padanya. “Ini buat Bianca, pokoknya harus dipakai, ya?”

Bianca tersenyum sembari menerima paper bag itu agak sungkan. Baru pertama kali bertemu, tetapi sudah dikasih hadiah. Padahal dirinya tidak membawa apa-apa. “Makasih ya, Pa. Maaf juga ngerepotin. Padahal Bianca enggak bawa apa-apa.”

“Enggak ngerepotin sama sekali, Bianca. Jangan ngomong gitu lagi. Kamu ke sini aja Papa udah seneng,” balas Nugra begitu ramahnya.

“Yaudah, kita pulang dulu kalau gini terus kapan pulangnya coba?” Heru yakin jika terus-terusan dibiarkan mengobrol, maka tak akan selesai-selesai.

Ria mendelik kesal pada anaknya sebelum akhirnya memeluk Bianca sekilas. “Yaudah hati-hati ya di jalan. Heru emang posesif. Padahal sama Mama Papanya. Pokoknya nanti ke sini lagi ya,” ujarnya pada Bianca.

Baru saja Bianca akan menjawab ucapan Ria, namun didahului oleh Nugra yang membocorkan salah satu rencana Heru dan keluarga ke depannya. “Nanti giliran kita yang ke rumah Bianca, ‘kan mau lamaran.” Begitu katanya.

Deg.

***

“Ini semua gara-gara Pak Heru!”

“Iya, saya salah. Maafin saya, Bianca.”

“Bianca malu, Pak. Malu.”

Jadi, setelah Bianca pamit dan akhirnya masuk ke mobil. Bianca iseng membuka paper bag dari Nugra dan betapa terkejutnya dia saat isinya adalah satu paket skincare rutinnya. Jangan tanya harganya karena Bianca tidak pernah mau main-main soal skincare. Bianca malu, tentunya karena dia tidak membawa apa-apa, tetapi dia begitu banyak diberi sesuatu yang tak main-main dari orangtua Heru.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang