XLVII - Antara Zemi, Gavin dan Heru

701 45 10
                                    

Memang cinta paling benar adalah ketika hanya melibatkan dua orang saja, layaknya tanda love yang disimbolkan dengan simbol kurang dari tiga.

💄💄💄


Bianca dan Maura heboh saat mereka kembali dipertemukan setelah sekian lamanya tak bertemu. Kedua gadis itu nampak saling memeluk dan memekik kegirangan. Setelahnya mereka asyik mengobrol bersama dengan Eka juga Gavin tentunya.

“Makin cetar aja nih Bianca. Enggak ada niat balikan gitu kalian?” goda Maura sembari menatap Gavin dan Bianca bergantian.

Bianca menggeleng. “Kagak ah, udah aja jadi masa lalu. Iya enggak, Kak?” tanyanya sembari melirik Gavin.

Gavin mengangguk mengiyakan saja. “Iya, iya. Males juga balik sama dia yang suka makan. Kere bisa-bisa gue.”

Plak.

Pukulan mendarat mulus di lengan Gavin dan tentu pelakunya adalah Bianca. “Gini-gini juga dulu Kak Gavin pernah bucin.”

“Kamu juga kali.”

“Lebih bucin Kak Gavin. Ingat enggak dulu siapa yang rela nunggu di gerbang SMA Putih Abu demi nunggu aku buat pulang bareng?”

“Dih, ingat enggak dulu siapa yang nangis cuman karena lupa dikasih kabar waktu aku ada jadwal ke luar kota.”

“Ya wajarlah.”

“Yaudah.”

Keduanya lantas saling menatap ke berbeda arah. Eka dan Maura hanya bisa geleng-geleng kepala. Pasangan Gavin dan Bianca yang gemar berdebat seperti ini memang sudah menjadi ciri khas mereka sejak dulu.

“Kemistrinya masih ada tuh. Balikan aja,” celetuk Eka.

“Enggak!” jawab keduanya kompak.

“Aish, kompak aja nih bini sama laki,” ledek Maura.

Gavin menghela napasnya sebelum akhirnya mengacak pelan rambut Bianca membuat sang empunya melotot ke arahnya. “Okay, maafin Kakak, ya?” Selalu seperti itu sejak dulu dan semuanya masih sama. Namun, rasa mereka yang sudah beda.

“Iya. Maafin aku juga, ya.”

Gavin tersenyum sembari mengangguk, kemudian melepaskan tangannya dari puncak kepala sang mantan. Kini keduanya menatap Maura dan Eka yang duduk di depannya.

“Jadi, kapan kalian nikah?” tanya Gavin mengawali.

“Akhir tahun, 29 Desember. Datang lho. Wajib pokoknya,” jawab Maura antusias.

“Gue jadi bridesmaid dong,” rengek Bianca sembari memasang wajah sok imutnya.

“Sumpah gue lebih ada niatan buat jadiin Diana bridesmaid, daripada lo,” jawab Maura membuat Bianca cemberut.

“Jahat banget lo,” kata Bianca.

“Becanda, Zeyeng. Lagian cuman akad doang. Resepsinya bulan Juni soalnya ada something yang enggak bisa kita omongin ke kalian,” jelas Maura.

Bianca mengangguk. “Oh, yaudah deh. Tapi gue ikut, ya? Gue enggak papa bikin baju sendiri juga.”

Maura terkekeh. “Gila aja lo, tenang, Bi. Lo, gue ikut sertakan. Btw, ‘kan lo dulu yang nikah. Mana enggak ngundang lagi pas lamaran. Tega lo.”

Wajah Bianca mendadak keruh mendengar itu. Gavin dan Eka hanya diam menyimak saja. Toh, mereka tidak mau menganggu kedua sahabat yang sudah lama pisah ini melepas rindu.

Dosen Vs Boyfriend [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang