18 – Declaration Of Love
Naa
Pakai baju warna hitam ya, biar kita couple. Aku tunggu kamu di hotel Alexandria jam 7.
18:05Alfa meneguk salivanya kasar. Cowok itu segera mencari baju kemeja hitam polos untuk menutupi kaos hitam di tubuh elastisnya. Celana kain dengan warna senada membuat Alfa sangat tampan.
Alfa menghembuskan napasnya panjang lalu keluar dari kamar mengenakan sepatu dan jaket, tangan kanannya memegang kunci mobil sementara tangan kirinya memegang HP.
*****
"Duduk di sisi Asna, sayang." Ujar Gita saat melihat Alfa sudah datang.
Asna tersenyum merekah melihat penampilan Alfa yang tidak pernah gagal. Cowok berwajah datar itu menuruti permintaan sang Mama. Ia duduk di kursi samping Asna.
"Apa kabar Alfa?" Sapa seorang pria paruh baya berpakaian jas hitam rapi itu melihat Alfa sambil tersenyum.
"Baik Pa," jawab Alfa singkat.
"Papa Devan Galaksi dan Mama Astrid Hagar gimana? Sehat-sehat kan?" Tanya Alfa sopan.
Kedua orang tua Asna itu tersenyum lebar dan mengangguk kecil. "Kami sehat dan baik."
"Asna kayanya seneng banget ya sampai senyum-senyum gitu," goda Gita di sambut tawa halus dari Astrid mama Asna.
"Mama!" Rengek Asna malu.
Mereka semua geleng-geleng kecil. Sedangkan Alfa hanya duduk diam tanpa ekspresi.
"Maksud kami mengundang keluarga Galaksi malam ini adalah untuk acara makan malam bersama, sebagai bentuk kekerabatan dan persahabatan kita. Sekaligus untuk membicarakan soal pertunangan anak kita." Ujar Gilbert berwibawa.
Devan mengangguk kecil. "Sepertinya, pertunangan itu lebih cepat lebih baik. Mereka berdua juga terlihat bahagia."
"Iya pah!" Sahut Asna semangat.
"Kamu gimana sayang? Kamu mau kan?" Tanya Gita pada Alfa penuh harap.
Alfa meneguk salivanya susah payah. Ia berdehem singkat membalas membuat mereka semua tersenyum bahagia.
"Minggu depan gimana? Soal pertunangan itu." Usul Astrid tak sabaran.
"Gimana Alfa?" Tanya Gilbert menatap putranya itu serius.
"Aku mau kelas duabelas aja Pa, aku belum siap." Jawab Alfa membuat orang tua Asna memudarkan senyumnya begitupun Asna yang tiba-tiba murung.
"Gapapa kan Asna? Tunggu kalian berdua kelas duabelas?" Tanya Gita lembut pada gadis itu.
Asna mengangkat kepalanya perlahan lalu mengangguk lemah. "Gapapa Ma, aku ikut apa kata Alfa aja."
"Bagus, sekarang kalian harus fokus belajar dulu. Kuliah nanti kalian sama-sama ke New York. Papa yang urus." Ucap Gilbert yang disetujui orang tua Asna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis
Teen FictionDia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga menciptakan romansa luka. Lalu, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Cover by Pinterest