19 - Asya Madness

351 321 107
                                    

19 Asya Madness

        Pagi ini Dara tidak sekolah karena menjaga Asya di rumah sakit. Walaupun ia masih marah pada Alfa, namun ia juga berterima kasih kepada laki-laki itu karena mau menjaga Asya semalaman.

        Papa Asya saja belum pulang sampai sekarang. Dara menghembuskan napasnya panjang, sulit sekali hidup sahabatnya ini.

        "Mau mie ayam, bakso, sate, martabak, jagung bakar, donat–"

        "Lo ngidam?" Potong Dara tak habis pikir dengan permintaan Asya.

        Asya mengangguk semangat dan senyuman manis tercetak jelas di bibirnya yang pucat itu. "Gue kayanya hamil anak Alfa deh tadi malam." Kata Asya.

        "LO GILA!" Teriak Dara kencang sedangkan Asya terkekeh kecil.

        "Ih beneran, Alfa tadi malam pasti cium gue. Pasti hamil nih, gue harus minta tanggung tanya sama dia!" Ujar Asya.

        Dara geleng-geleng kepala. Setelah sadar Asya menjadi lebih gila dari sebelumnya. Jangan-jangan dokter salah kasi obat! Dara mengendus pelan.

        "Lo harus tahu, tadi malam kak Alfa nembak gue!" Cerita Asya berbinar teringat kejadian tadi malam.

        "Lo halu pasti," sahut Dara sambil memakan apel.

        "Seriusss tekewer-kewer!!" Gemas Asya.

        "Halah, gue gak percaya!" Balas Dara remeh.

        "Yaudah, nanti gue buktiin deh. Sekarang lo harus beli semua makanan yang gue sebutin tadi!" Ujar Asya sambil memainkan ponselnya.

        "Lo beneran sakit gak sih? Gue curiga lo pura-pura masuk rumah sakit supaya gak sekolah! Hari ini kan kita ulangan matematika." Tuding Dara memicingkan matanya.

        "Gue beneran sakit," balas Asya memasang raut lemahnya. "Tapi, soal menghindar dari ulangan matematika itu juga ada benarnya." Sambung Asya tersenyum lebar.

        "Hallo Ken?"

        "Pulang sekolah bawain gerobak bakso, sate, mie ayam, martabak, jagung bakar, sama donat ke rumah sakit Angkasa!"

        "Maksud lo?!"

        "Asya ngidam di rumah sakit. Mau melahirkan juga!"

        "WHAT THE–"

        "Jangan banyak bacot!"

        Dara langsung mematikan telpon itu sepihak lalu tersenyum lebar kepada Asya. "beres kan?"

        "Good!" Balas Asya mengcungkan kedua jempolnya.

        "Papa," gumam Asya melihat layar ponselnya.

        "Kenapa?" Tanya Dara.

        "Biasalah," jawab Asya tersenyum miris. "Papa yang lebih mementingkan pekerjaannya daripada anaknya satu-satunya yang lagi sakit."

        "Btw, lo beneran di tembak kak Alfa si batu es?" Tanya Dara mengalihkan pembicaraan.

        Sengaja. Yah, Dara tidak mau melihat Asya sedih.

        "Iya, tapi gue belum kasi jawabannya." Jawab Asya pelan.

        "Saran gue, jangan terima kak Alfa. Jangan mau jadi pacar dia. Jangan pernah, Asya. Atau, lo kembali terluka lebih parah." Ujar Dara serius.

        "Kalau dia tulus, gimana?" Lirih Asya memandang foto ia dan Alfa di ponselnya.

        "Dia gak pernah tulus sama lo, Sya. Dia cuma main-mainin perasaan lo." Bantah Dara bersandar pada sofa sambil melipat tangan di depan dada.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang