20 - Hurt

367 323 363
                                    

20 – Hurt

        "Jelaskan sekarang!" Tajam pria paruh baya itu menatap putranya teramat dingin.

        Alfa meneguk salivanya susah payah, sedangkan Asya yang duduk di sampingnya hanya diam dan menunduk dalam. Asya takut dengan tatapan menusuk pria paruh baya itu.

        "Dia pacar Alfa, Pa." Tandas Alfa membuat Asya melotot kaget. Bahkan Asya saja belum sempat memberi jawabannya tadi.

        "Siapa namanya?" Tanya Gilbert berusaha tenang.

        Lagi dan lagi, Alfa terdiam sesaat lalu menjawab dengan raut sama datarnya. "Sasya Stefanie Samudra."

        "Putus sekarang!" Kata Gilbert santai membuat Alfa bersama Asya melotot kaget luarbiasa.

        Ini gila!

        "Kenapa Pa?" Tanya Alfa meminta alasan.

        "Kamu lupa Asna?!" Tajam Gilbert membuat Alfa terdiam seketika.

        "Dan kamu," Gilbert menunjuk Asya. "Jangan pernah ganggu hubungan anak saya dengan Asna kekasihnya."

        Asya duduk tak tenang. Gadis itu rasanya ingin menangis karena ketakutan. Asya meremas kuat celana pasien yang ia kenakan dan menunduk dalam. Saat itu juga air matanya menetes, Alfa melihat.

        Hati Alfa serasa diremas kuat. Sangat sakit melihat gadis di sampingnya ini kembali menangis karenanya.

        Nangis di tahan biar gak kedengaran orang sesak gak sih?

        Asya menggigit kuat bibirnya agar tak terdengar isak tangisnya oleh Papa Alfa. Ia merasakan tangan kiri Alfa menggenggam erat tangan di bawah meja, seperti menguatkan dan merasakan yang sama.

        "Pa, tolong ngertiin aku. Aku gak pernah cinta sama Asna. Selama ini aku suka dan sayang Asna itu selayaknya adik kandungku sendiri." Jelas Alfa.

        "Papa gak terima alasan sampah itu! Sekarang bawa gadis ini keluar dari ruangan Papa. Awas kalau Papa lihat kalian dekat kaya tadi, apalagi pacaran. Kamu tahu hukumannya apa, Alfa." Ujar Gilbert tak mau melihat wajah putranya karena kecewa.

        "Papa boleh hukum aku, tapi jangan pernah libatin Asya." Kata Alfa lalu membawa Asya keluar dari ruangan itu.

*****

        "Afa, aku balik ke kamar. Kamu pulang, aku gakpapa." Ucap Asya dengan bibir bergetar membuat Alfa benar-benar tak tega.

        "Makasih untuk rasa sakit ini," kata Asya menangis.

        Alfa terdiam mematung, tidak tahu harus bertindak seperti apa.

        "Kamu baik, aku tahu itu."

        "Tapi situasi dan kondisi yang jahat."

        "Kayanya kita gak bisa sama-sama, kak."

        "Aku tahu, aku gak ada apa-apanya dibandingkan Asna bagi keluarga kamu."

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang