42 - To Be A Doctor?

125 96 165
                                    

42 – To Be A Doctor?

        Alfa masuk ke ruang kamar rawat Asya. Laki-laki tampan itu sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Ia ingin pamit dulu dengan gadis yang masih berbaring lemah itu.

        "Sya," bisik Alfa karena Asya tertidur.

        Tidak ada sahutan. Hanya suara napas teratur gadis itu yang terdengar.

        "Aku sekolah dulu. Nanti malam aku ke sini lagi."

        "Cepat sembuh."

        Sayang. Lanjut Alfa dalam hatinya.

        Kemudian Alfa berdiri tegak. Ia membenarkan selimut Asya lalu mengusap lembut pipi kanan Asya.

        "Damai banget Sya, tidurnya." Ucap Alfa tersenyum tipis lalu pergi.

*****

        "Lo apa-apaan dekat dengan Xia Ayuindira?!" Tanya Jenny kepada Riko dengan raut garangnya yang baru memasuki kelas.

        "Xia yang mana?" Sahut Riko berpura-pura tak tahu.

        "Xia kelas sepuluh Ipa A!" Jawab Jenny setengah teriak membuat beberapa teman sekelasnya melihat ia dan Riko geleng-geleng. Jenny tidak peduli dengan asumsi orang. Ini urusannya!

        "Lo lihat?"

        "Gak! Tapi Zio ketua OSIS yang cerita ke gue. Ngapain lo ke kelas tuh cewek?!" Balas Jenny melipat tangannya di depan dada.

        "Cuma kasi dia betadin, tadi gue lihat dia jatuh dan lututnya luka." Jawab Riko.

        "Dia kan bisa obatin sendiri! Gak perlu harus lo yang ke kelas dia dan ngobatin dia!" Sebal Jenny mengendus kasar.

        Kenapa suhu kelas ini menjadi panas?! Jenny mengibas rambut panjangnya ke belakang.

        Riko yang sedang membaca materi presentasi menoleh malas melihat Jenny. "Terserah gue, suka-suka gue." Balas Riko lalu kembali lagi membaca lembar laporan itu.

        Jenny menggenggam kesal. Ia merampas kasar kertas dari tangan Riko.

Brakkkk

        Semua murid yang berada di kelas XII Ipa A itu terpelonjak kaget. Riko menggebrak mejanya teramat kuat sontak berdiri. Laki-laki tampan itu menatap tajam Jenny.

        Jenny sedikit memundurkan tubuhnya. Ia melihat Riko takut. Seumur-umur bersama cowok itu, Jenny belum pernah di buat setakut ini oleh tatapan Riko.

        "Jangan buat gue marah, Jen!" Desis Riko merebut kasar lembar-lembar penting itu.

        "Gue gak ada hubungan apa-apa sama Xia, gak kayak lo dengan Zio!" Tajam Riko lalu menghembuskan napasnya kasar.

        "Gu-gue gak ada hubungan apa-apa dengan Zio!" Elak Jenny gugup.

        "Gue lihat," Riko menjeda sejenak.

        "Dia ngikatin rambut lo di ruang OSIS, bahkan dia pegang tangan lo pas ngetik. Itu gak ada hubungan?" Sinis Riko tersenyum miring lalu keluar dari kelas dengan langkah panjangnya.

        Jenny membeku di tempat. Ada apa dengan hatinya?

*****

        "Woi bro!" Kevin datang menepuk pundak kiri Riko lalu duduk di samping sahabatnya itu. "Kenapa wajah lo? Asem amat." Celetuk Kevin terkekeh kecil.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang