33 - It's Over, Seriously?

156 131 96
                                    

33 – It's Over, Seriously?

        Alfa memojokkan tubuh Asya di dinding tepat saat gadis itu keluar dari toilet.

        Asya meneguk salivanya susah payah. Ia menahan napas.

        "Hembusin napasnya." Suruh Alfa dengan raut datar dan langsung dituruti gadis itu.

        "Mau peluk?" Tanya Alfa seperti hembusan angin ringannya melewati indra pendengarannya Asya.

        Asya mengangguk kecil.

        Perlahan kedua tangan gadis itu naik untuk memeluk tubuh Alfa. Seketika itu juga air mata Asya jatuh. Ia sangat rindu pada laki-laki ini.

        Alfa menghembuskan napasnya panjang lalu membalas pelukan Asya. Tangannya mengelus-elus rambut coklat Asya yang sangat lembut itu.

        "Happy birthday, Afa."

        Asya bernyanyi di dalam pelukan Alfa dengan suara serak.

        "Happy birthday, Afa."

        Jantung Alfa mendadak berdetak hebat. Bulu kuduk Alfa meremang, bahkan rasanya darahnya berdesir cepat. Ia semakin memeluk Asya erat.

        "Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Afa."

        Sudah cukup. Asya menangis hebat membuat mata Alfa memerah. Alfa mencium puncak kepala Asya lembut dan memeluk tubuh Asya tak mau kehilangan.

        "Sekarang giliran aku yang tanya." Asya menghembuskan napasnya panjang berusaha menenangkan dirinya.

        "Kamu mau apa dari aku?"

        Alfa menjawab lirih. "Jangan pergi. Jangan tinggalin gue. Jangan hilangin sayang lo ke gue."

        "Cuma itu?" Tanya Asya mendongak melihat Alfa. Sisa air matanya belum kering.

        "Gue mau lo bahagia." Ucap Alfa membuat Asya terdiam sejenak.

        "Aku tanya, kamu mau aku kasi apa?"

        Alfa tak menjawab. Laki-laki itu sibuk menata rambut Asya.

        "Kak Kevin aku suruh taruh hoodie warna hitam sama topi warna hitam ke dalam tas kamu. Itu hadiah ultah dari aku. Kamu pakai ya?" Ujar Asya.

        "Serius?" Tanya Alfa tak percaya.

        Asya mengangguk kecil. "Serius."

        "Lo hebat." Kata Alfa tiba-tiba.

        "Dari juara ketiga paling belakang menjadi juara ketiga parallel paling depan." Ujar Alfa masih tak menyangka.

        Asya tersenyum tipis. "Tapi aku tetap berangkat ke Paris, Afa."

        Alfa menegang seketika.

        "Subuh besok aku berangkat. Papa juga udah setuju aku tinggal sama grandma di sana." Tambah Asya lagi masih memaksakan senyumnya.

        "Sekarang kita putus." Kata Asya membalas tatapan tajam Alfa dengan berani.

        "Bercanda lo gak lucu!" Tajam Alfa.

        "Lebih gak lucu lagi kalau aku tetap di sini menderita ngelihat kamu nanti tunangan sama kak Asna." Koreksi Asya cepat. Matanya kembali memanas.

        "Tarik ucapan lo barusan!" Titah Alfa tegas.

        Asya menggeleng cepat.

        "Tarik ucapan lo atau gue cium?" Tekan Alfa dengan rahang mengeras. Napasnya memburu.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang