49 - I Miss You

118 80 909
                                    

49 – I Miss You

        "Asya!" Panggil Alfa mengejar kepergian gadis itu.

        Alfa berhasil menahan lengan kiri Asya dan mendekap erat tubuh Asya --ia tak mau jauh lagi.

        Di bawah cahaya lampu taman, mereka kembali bertemu setelah 3 tahun berpisah.

        Air mata Asya runtuh tanpa di suruh. Gadis itu menangis dalam diam tanpa membalas pelukan Alfa.

        "How are you?" Bisik Alfa.

        "I miss you, I feel like I wanted to be a crazy boy for the past three years." Ucap Alfa mencium puncak kepala Asya lembut.

        "I miss you, Sya." Bisik Alfa bergetar.

        Mereka sama-sama sadar, jantung mereka bergemuruh hebat. Dan rasa seperti ini tidak pernah mereka rasakan dari tiga tahun yang lalu, sekarang mereka merasakannya kembali.

        "I'm not good. I sick, and I don't think I can recover." Balas Asya pelan.

        Suara lembut Asya itu dan kalimat itu, sangat membuat Alfa terluka. Alfa takut kehilangan Asya lagi.

        "Papa udah nunggu aku di rumah, aku harus pulang." Kata Asya.

        "Sebentar," lirih Alfa. "Tolong kasih aku waktu tiga puluh menit untuk bisa sama kamu, Sya."

        "Aku datang jauh dari New York, cuma untuk lihat kamu. Kamu gak kangen aku?" Ujar Alfa menahan mati-matian air matanya, karena matanya terasa memanas.

        Asya mendorong dada Alfa pelan, namun berhasil menciptakan jarak di antara mereka. Ia menatap Alfa dengan mata berkaca-kaca. "Jangan terus sakitin aku, Afa. Kamu selalu buat aku nangis."

        Alfa mengusap wajah Asya lembut. "Don't cry, don't be sad anymore, I'm always with you." kata Alfa meneguk salivanya kasar. Jarinya saja bergetar mengusap pipi Asya.

        Alfa melihat penampilan Asya secara keseluruhan. Gadis itu banyak berubah. Asya yang sekarang yang berdiri di hadapannya ini seperti bidadari. Sangat cantik.

        Kulit Asya sudah sangat bersih dan putih. Tidak ada Alfa lihat lagi bekas-bekas luka di wajah Asya. Wangi Asya tetap sama, wangi lavender, wangi yang selalu membuat Alfa mabuk saat berdekatan dengan gadis itu.

        "Kenapa hilang kabar satu tahun terakhir? Kamu ganti nomor?" Tanya Alfa.

        Asya mengalihkan pandangannya. Ia tak sanggup membalas tatapan cowok tampan di hadapannya. "Iya, aku ganti nomor."

        "Kenapa?" Tanya Alfa lirih.

        "Kamu jujur sama aku, kamu punya perempuan lain di New York? Kamu udah suka sama perempuan lain? Kalau iya, maka kita akhiri sekarang hibungan ini." Ujar Asya dengan air mata yang meleleh di sudut matanya.

        "Siapa? Gak ada perempuan lain, Sya." Balas Alfa memegang kedua bahu gadis itu.

        "Satu yang harus kamu tahu tentang aku," Alfa mengangkat tangan kanan Asya hingga menempel di dada kirinya. "Aku kalau udah cinta sama seseorang, gak mudah buat berpindah hati, Sya."

        "Jangankan buat selingkuh, hilangin bayangan kamu dari pikiran aku selama tiga tahun aja gak bisa, Sya. Kamu tahu? Aku mau gila rasanya." Tambah Alfa tidak main-main.

        Asya menarik cepat tangannya dari dada Alfa. Detak jantung Alfa sangat kencang. Itu membuat darah Asya berdesir cepat dan hangat menjalar di sekujur tubuhnya.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang