21 - Our Change

337 285 268
                                    

21 – Our Change

        Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Asya yang ceria sudah tidak ada lagi. Asya yang suka menjahili orang-orang di sekitarnya sudah tidak ada lagi.

        Yang ada hanya Asya yang seperti mayat hidup. Datang ke sekolah, duduk, berbicara seperlunya, mendengarkan penjelasan guru, lalu pulang. Begitu terus siklus yang terjadi setelah kejadian di lorong rumah sakit waktu itu.

        Alfa pun begitu. Alfa sekarang malah lebih dingin dan selalu menatap tajam orang-orang di sekitarnya. Ia sudah kembali benar-benar beku, bahkan sahabatnya dan Asna saja sangat sulit mendapat respon lagi oleh laki-laki itu.

        Hari ini ujian kenaikan kelas berbasis komputer.

        Ruangan lap komputer kelas X kali ini terlihat begitu tenang. Asya yang duduk di paling pojok hanya menatap kosong layar komputer di depannya.

        Hingga sepuluh menit lagi bel istirahat berbunyi barulah Asya menjawab asal-asalan soal-soal fisika itu.

        Asya tidak peduli dengan nilainya. Ia ingin tidak naik kelas saja supaya bisa sekolah musik di Prancis dan tinggal bersama keluarganya yang baik di sana.

        Asya juga tidak peduli nanti seberapa besar kemarahan Papanya melihat nilainya yang hancur. Ia sudah menyiapkan mental sejak lama untuk menerima amarah itu.

        Asya tersenyum miring melihat semua soal yang sudah ia selesaikan. Tanpa berpikir sedikitpun, tanpa membaca soal.

        Mungkin dapat nol.

        Submit.

*****

        "Sya!" Panggil Ken berlari kecil mendekati Asya.

        Asya menoleh ke belakang. Ia tersenyum tipis melihat Ken.

        "Kenapa?" Tanya Asya lembut.

        "Masih ada sepuluh menit lagi sebelum bel ujian berbunyi. Ikut gue, kita belajar di taman belakang." Ujar Ken serius.

        Asya menggeleng cepat. "Maaf, Ken. Aku gak ada niat lagi buat belajar bareng kamu. Capek dan ngantuk."

        Ken mengacak-acak rambutnya frustasi. "Jangan bilang lo ngisi soal-soal matematika nanti asal-asalan?!"

        "Iya asal-asalan," jawab Asya tanpa beban.

        "Asyaaa!!" Gemas Ken memegang kedua bahu gadis itu, masih tak habis pikir dengan kelakuan Asya.

        "Lo harus isi soal-soal itu dengan teliti dan serius! Lo gak malu gak naik kelas?!" Sarkas Ken.

        Asya melepaskan tangan Ken dari bahunya. Gadis itu kemudian membalas. "Tenang aja. Kalau aku gak naik kelas, kalian semua pasti senang kan?"

*****

        Alfa membaca setiap soal-soal matematika itu dengan teliti, tangannya terus sibuk mencoret kertas yang berada di atas meja.

        30 menit sudah berlalu, Alfa masih berkutat pada 2 soal terakhir yang lumayan membakar otaknya.

        Alfa menghembuskan napasnya panjang sebelum akhirnya menekan tombol submit. Matanya melihat Asna yang duduk di paling depan. Gadis itu juga hampir selesai.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang