41 - After One Month

117 89 10
                                    

41 After One Month

        "ALFA! ASYA UDAH SADAR!!" Teriak Riko dari jauh membuat gerakan Alfa yang ingin memasukkan bola basket ke dalam ring tak jadi.

        Alfa melempar kasar bola basket itu kemudian berlari cepat mendekati Riko.

        "Serius lo?" Tanya Alfa dengan napas memburu.

        Riko mengangguk semangat. "Ayo ke rumah sakit!"

        "Duluan, entar gue nyusul." Balas Alfa kemudian berlari ke arah kirinya.

        "Woi setan!"

        "Lo mau kemana lagi?!"

        Riko mengendus sebal.

*****

        "Minum mau?" Tawar Dara lembut.

        Asya mengangguk kecil.

        Dara membantu memegang gelas air mineral itu supaya Asya dapat minum.

        "Udah berapa lama?" Tanya Asya lirih.

        "Satu bulan lebih," jawab Dara.

        "Waktu itu lo di bilang dokter udah gak ada, detak jantung lo berhenti." Kata Dara namun tak menimbulkan reaksi apapun dari Asya.

        "Kenapa masih hidup?" Tanya Asya menatap kosong langit-langit ruangan megah itu.

        "Lo mau mati?!"

        "Iya."

        "Lo tahu seberapa hancurnya Papa lo?! Dia bahkan beberapa hari gak mau makan karena mikirin keadaan lo, Sya!!" Geram Dara.

        "Gara-gara keadaan lo waktu itu, gue jadi bisa ngelihat betapa hancurnya seorang Alfa, bahkan laki-laki itu nangis Sya." Ujar Dara.

        "Papa Afa selamat?" Tanya Asya.

        Dara mengendus pelan. Masih sempat-sempatnya Asya bertanya tentang keadaan Papa Alfa? Dara menggeleng-gelengkan kepalanya tak menyangka.

        "Hm." Balas Dara sekenanya.

        "Asya, Papa bawa bubur ayam. Kamu makan ya?" Pinta Samuel masuk ke dalam ruangan Asya sambil membawa kantong kresek berukuran besar.

        Tak ada sahutan dari Asya, Hal itu membuat Samuel menatap kosong kantong di tangannya.

        "Makan ya?" Bujuk Dara.

        "Lo sadar tadi pagi, sekarang udah sore. Isi perut lo sedikit, Sya." Ujar Dara.

        "Asya mau apa?" Tanya Samuel sambil menyimpan makanan itu di atas meja.

        "Mau sama Mama" jawab Asya jujur.

        Baik Samuel, maupun Dara, sama-sama membisu seketika.

        "Kenapa Asya sadar? Asya bahagianya itu sama Mama di taman. Di sini Asya cuma bisa dapat tekanan, paksaan, dan kesakitan. Di sana Asya sehat banget, Pa. Asya bahkan gak ngerasain sakit sedikitpun." Ujar Asya dengan mata berkaca-kaca.

        "Sekarang Asya sakit, Pa." Kata Asya hingga air matanya meleleh.

        "Kepala Asya sakit."

        "Badan Asya semua gak mampu di gerakkin. Asya lumpuh kah?"

        "Asya!" Tegur Samuel dan Dara bersamaan.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang