34 - Please

157 126 165
                                    

34 – Please

        "Kamu yakin mau lanjut sekolah ke Paris?" Tanya Samuel tiba-tiba masuk ke dalam kamar Asya.

        Asya yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam koper sontak menoleh.

        "Hm." Balas Asya.

        "Tapi Papa gak izinin kamu sekolah musik. Papa gak suka." Samuel berbicara tegas.

        Tangan Asya tiba-tiba berhenti bergerak. Asya membalas dingin. "Aku mau sekolah musik, Pa!"

        "Asya dengerin Papa," Samuel berjalan mendekati putrinya itu lalu duduk di tempat tidur Asya. "Papa pengen kamu jadi dokter, sayang."

        "Ya, kenapa harus dokter, Pa?!" Tanya Asya sangat muak.

        "Aku gak mau jadi dokter!"

        "Papa tega banget maksa aku?! Asal Papa tahu, aku stress Pa!" Pekik Asya kuat.

        "Pokoknya sampai kapanpun, aku gak akan mau masuk dunia kedokteran itu!" Tegas Asya mutlak.

        "Bahkan sampai Papa berlutut sekalipun!" Kata Asya kelepasan emosi.

        Asya kembali tersadar dengan kata-katanya barusan.

        "Maaf, Papa." Sesal Asya menunduk. Otaknya kacau.

        Samuel mengangguk mengerti.

        "Itu amanah dari Mama kamu sebelum meninggal." Kata Samuel akhirnya jujur.

        Asya mendadak mematung. Bibirnya terasa kelu untuk kembali berargumen.

        "Mama kamu sangat ingin kamu jadi dokter kalau sudah besar. Kamu mengerti sekarang? Bukan Papa yang meminta kamu untuk belajar science dan matematika. Kamu masih mau menolak?" Ujar Samuel menatap Asya lelah.

        "Sejujurnya, Papa suka kamu bermusik." Kata Samuel lalu kembali berdiri.

        Samuel memeluk tubuh Asya lembut. Ia mengusap rambut Asya sesekali menciumi puncak kepala putrinya itu.

        "Sekarang keputusan ada di tangan kamu."

        "Kamu mau tetap sekolah musik, atau sekolah kedokteran?"

*****

        "Sya, lo tega ninggalin gue?!" Tanya Dara naik oktaf.

        Asya terdiam menatap hampa ke luar jendela cafe.

        "Pikir lagi baik-baik, Sya." Pinta Dara sangat memohon dari raut wajahnya.

        "Gue, Ken, dan fans lo, semuanya gak rela lo pindah kewarganegaraan Prancis."

        "Selain berkhianat kepada orang-orang terdekat lo..."

        "... Lo juga berkhianat kepada hati lo sendiri." Cetus Dara tajam.

        "Gue tahu, lo sangat cinta kak Alfa." Sinis Dara menyeruput minumannya cappuccino itu hingga setengah.

        "Gue mau sekolah kedokteran, Dar." Ujar Asya tiba-tiba membuat Dara terbatuk-batuk.

        "Apa?! Gak salah?!" Tanya Dara kaget.

        Asya menggeleng kecil. "Gak salah lagi, gue mau sekolah kedokteran."

        "Benar kata kak Alfa, lo itu cewek yang penuh keajaibannya. Lo selalu berhasil buat orang-orang di sekitar lo shook tau gak!" Kata Dara mengendus pelan.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang