48 – You Broke My Heart
Terlihat kedua remaja itu sedang bersantai di tepi danau. Yang satu sangat cantik, dan yang satunya lagi sangat tampan.
Mereka terlihat sempurna, mereka seperti sepasang kekasih.
Gadis berumur 18 tahun itu Asya, dan laki-laki berumur 20 tahun itu Sion.
"Kamu ga balik ke New York?" Tanya Asya sambil memandang danau.
"Nanti," jawab Sion tanpa menoleh.
Sion melirik cincin yang tersemat indah di jari manis kiri Asya. "Cincin dari siapa?" Tanyanya.
"Orang," jawab Asya.
Sion mangut-mangut mengerti.
"Grandma tadi pesen ke aku hanya boleh bawa kamu ke luar lima belas menit. Sekarang udah lebih," Sion memberitahu. "Ayo kita pulang."
"Masih pengen di sini." Tolak Asya halus sembari geleng-geleng kecil.
"Coba lihat angsa itu!" Seru Asya sambil menunjuk seekor angsa putih di tepi danau.
Sion mengalihkan pandangannya ke arah yang Asya maksud. "Kenapa angsa-nya?"
"Lehernya panjang, hehehe." Cingir Asya membuat Sion terkekeh kecil.
Asya menyenderkan kepalanya perlahan ke bahu kiri Sion. Cowok itu reflex menoleh sedikit terkejut. "Kepala kamu sakit?" Tanya Sion khawatir.
"Tidak," jawab Asya. "Aku suka posisi seperti ini."
Sion bergumam kecil. Cowok itu tersenyum tipis, senang mendengar suara halus gadis di sisinya ini.
"Makasih selama satu bulan selalu nemenin aku, Sion. Aku sayang kamu." Ucap Asya benar-benar tulus dan jujur.
"Sama-sama." Balas Sion. "Aku juga sayang kamu Sasya."
"Kamu udah punya pacar?" Tanya Asya membuat Sion terdiam lama.
"Sudah," jawab Sion jujur. "Dia masih kuliah di New York." Lanjutnya.
"Beruntung banget ya cewek itu bisa dapetin kamu," kekeh Asya. "Kamu tampan, baik, pintar, sangat sempurna." Tambah Asya.
Sion tersenyum. "Aku yang beruntung bisa dapetin cewek itu, Sya. Dia sangat mencintaiku dengan tulus."
Asya berdiri, mau tak mau Sion ikut berdiri. Asya menggenggam jemari kiri Sion dan membawa cowok itu berjalan santai.
"Nanti grandma marah gimana?" Tanya Sion pada Asya. Ia sedikit cemas.
"Mereka gak berani marahin aku," jawab Asya sambil terus berjalan.
"Itu karena kamu masih dalam masa pemulihan Asya." Kata Sion. "Kamu masih sakit." Lanjutnya.
Asya berhenti tiba-tiba, ia melihat Sion. "Aku capek di suntik terus, dokter itu jahat."
"Supaya kamu cepat sembuh total." Balas Sion.
"Aku takut pulang, Sion." Lirih Asya menatap mata tajam milik laki-laki di hadapannya ini. "Capek di suntik terus..."
"Sini peluk," Sion merentangkan kedua tangannya.
Asya tersenyum sambil perlahan memeluk tubuh lelaki itu. Sion mengusap-usap punggung rapuh Asya. Sion sangat sayang gadis ini, walau baru kenal satu bulan, tapi Sion merasa Asya memberi energi positif kepadanya setiap hari. Meskipun sebenarnya gadis itu dalam keadaan terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis
Teen FictionDia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga menciptakan romansa luka. Lalu, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Cover by Pinterest