49. Pilihan

20 0 0
                                    


Kini di kelas hanya ada Malvin dan Renata. Gadis itu baru saja masuk kelas setelah membeli beberapa makanan di kantin. Dia sempat mengajak Gia. Namun gadis itu tidak jadi ikut dengannya ke kantin karena Malvin melarangnya. Renata benar-benar tidak habis pikir. Dasar bucin.

Renata mendekati meja Malvin. Cowok itu masih dengan posisi sebelumnya. Menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.

"Sepupu, ijinin gua menikmati wajah tampan lo please.." pinta Renata dengan suara rendah. Bahkan makannan yang ia beli masih berada di tangannya. Belum lagi ekspresi mendamba yang gadis itu tunjukan.

Malvin mengubah posisinya, secara tiba-tiba mendongak sambil mengerjapkan matanya. Renata bersorak, "woah anjir beneran ganteng!"

Mendengar itu Malvin terkekeh setelah mengusap wajahnya. Sepupunya itu tetap saja berlebihan, padahal sewaktu di rumah, gadis itu sudah makan bersama dengannya.

Malvin jadi teringat sewaktu ia melewati Renata dengan motornya. Gadis dengan perawakan sunda itu menjerit-jerit sampai nenek mereka keluar dari rumah.

"Sini duduk samping gua Ren," kata Malvin seraya menepuk bangku Gia. Renata membulatkan matanya. "Astaga beneran? Serius nih lo?"

"Sst lebay, sini. Sebelum gua berubah pikiran," sahut Malvin.

Renata mengatupkan bibirnya dan duduk tepat di sebelah Malvin, tempat dimana Gia sebelumnya duduk. Gadis itu grasak grusuk membuka makanan yang ia beli di kantin, sebuah kebab. Kemudian ia menyodorkannya ke depan wajah Malvin yang kini menatapnya.

"Mau?"

Malvin menggeleng, cowok itu malah berdiri dan mengambil minuman di tas Renata yang ada di kursi. "Bagi ye," ujarnya pada cewek itu dan tanpa menunggu persetujuan Renata cowok itu menegaknya.

Renata mengamati pergerakan Malvin, bagaimana pria itu mengak minum dengan cool-nya. Renata menjerit. "Astagfirullah tante Rena, kok bisa sih lahirin anak kaya gitu. Takut!"

Malvin berhenti menegak minumnya itu lalu menoleh ke arah sepupunya. Dia lagi-lagi terkekeh. Gadis unik.

***

Gia bertemu Ray sewaktu ingin masuk ke gerbang sekolah. Cowok itu meliriknya sebentar. Gia menghela napas. Ia ingin segera sampai di kelasnya.

tling...
Bunyi pesan masuk membuatnya buru-buru merogoh koceknya untuk mengambil ponsel. Gia meng-unlock ponselnya, tertera nama Ray disana.

Ray
Besok Gabrien masuk. Gua harap lu udah yakin sama keputusan lo.

Gia mengulum bibirnya, melongok ke belakang sebentar dan tidak menemukan Ray. Ia sudah yakin. Dan sejak awal memang sudah seharusnya begini.

Tetap bersama Malvin dengan apapun yang terjadi.

Sesampainya di kelas, Gia duduk di kursinya. Gadis itu menatap bangku Malvin yang kosong. Pas pula Renata sedang menggambar di mejanya.

"Ren, lo lagi apa?"

"Ssstt, gue abis kena sihir," balas Renata. Gia hanya bisa menghela napas menyadari temannya yang satu itu sulit serius.

Dalam hati bertanya, kemana Malvin?

Tak lama Malvin memasuki kelas, Gia mengulum senyum. Cowok itu baik-baik saja.

"Hai cantik!" sapanya.

Gia terkekeh, "halo juga ganteng," balasnya.

"Darimana?"

"Warung depan sekolah," jawab Gia.

Malvin hanya mengangguk dan duduk di tempatnya. Seterusnya cowok itu menggenggam tangan Gia.

My MalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang