Tawuran adalah hal yang menyenangkan bagi kaum-kaum sampah sekolah. Mereka akan mempersiapkan diri untuk tertawa terbahak-bahak dan menjelek-jelekkan SMA lawan untuk memancing emosi lawan.
Menyenangkan sekali bukan.
Beberapa memang kurang kerjaan sehingga berpartisipasi dan juga beberapa memang ingin membuat sesuatu yang lebih menyakitkan dibandingkan sakit di hatinya untuk menutupi rasa sakit hati itu. Rian salah satunya.
Jangan tanyakan bagaimana kondisi hatinya yang sudah patah dua kali itu ditambah melihat orang yang sangat amat ia cintai sudah bisa tertawa dengan orang lain. Berbeda dengannya yang masih terus dibayang-bayangi gadis itu.
Rian datang ke gang samping sekolah sebelah dengan wajah merah padamnya menahan emosi dan juga rasa sakit. Belum lagi rasa bersalahnya pada Malvin.
"Eh, gila kali lo. Cepet amat jalan lo," oceh Frans yang terus berlari-lari kecil mengikuti langkah besar nan cepat milik Rian.
Ia merasa dikhianati oleh teman-temannya. Gunawan yang sedang menjauhinya dan Rian yang tidak mau setia menunggunya. Dasar teman-teman laknat dan pengkhianat.
Rian berdecak lalu menoleh ke arah Frans dengan tatapan tajamnya. Efeknya Frans kicep.
"Eh ketos, lo ngapain disini?"
Rian menaikkan alisnya sombong. Lagipula, Leon sedang demam sepertinya, sembuh saja belum tetapi cowok itu sudah berlagak ikut tawuran.
"Menebus dosa."
Rian hanya tertawa remeh. "Lo kira, dosa lo dikit banget. Hah? Gak bakal abis bahkan sampai lo mati, tau gak?"
Leon mendekat, menarik kuat kerah seragam Rian. "Karena gue tau apa yang terjadi sama Malvin sebelum lo tau itu. Musuh lebih mudah menjadi sahabat dari pada teman biasa, lo tau?"
Rian mengernyit. "Maksud lo, soal-"
"Ya."
Leon menepuk pundak Rian. "Let's start becoming friend bro!"
Rian mengangguk pelan. "Boleh, tapi lo harus bantu gue balikan sama Tere."
"Gampang."
OOO
Tere mendesah kesal. Merutuki dirinya yang masih peduli dengan orang yang jelas-jelas hanya menjadikannya pelarian. Kenapa juga harus mencintainya sedalam ini. Kalau ia mau mati, hidup atau kenapa-kenapa, harusnya bukan urusan Tere lagi. Sayangnya di bibir memang begitu tapi hatinya gelisah.
Mantan adalah bekas, bekas adalah sesuatu yang pernah dipakai dan sekarang tidak terpakai, harusnya dibuang bukan?
Tapi bagi Tere, mantan juga pernah membahagiakan, menciptakan banyak mimpi yang ternyata belum sampai terjadi dan kemudian pergi.
Simple sentence but hurt meaning.
Tere menggeleng, lalu mengedarkan seluruh pandangannya ke arah kerumunan siswa-siswa SMA yang satu sekolah dengannya.
Pas pula ada Gunawan yang sedang memainkan spinner—nya. Ah... benda itu sudah tidak ngetop lagi.
Lantas Tere menghampirinya. "Woi!" Sentak Tere seraya menepuk pundak pria itu.
Gunawan tersentak. Kemudian menoleh ke arah Tere dengan alis betaut. "Kenapa?"
"Tumben gak sama Frans, dia kemana?"
Gunawan menaikkan pundaknya. "Gak tau gue. Kalau pacar lo disana noh, sama si Leon."
Mendengar kata pacar, wajah Tere berubah merah. "LO NGELEDEK GUE? LO UDAH BERANI SAMA GUE SEKARANG?" Tere melipat lengan bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Malvin
Ficção AdolescenteCerita ini tentang masalalu Gia dan Malvin. Tetapi cerita ini juga tentang Gabrien yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Gia. Lantas, akhirnya siapa yang sebenarnya akan bersama Gia? Keduanya pesaing hebat. Maju anti mu...