15. Pembalasan

188 16 0
                                    

Gia menghela napas, ia mencoba menenangkan dirinya sambil menunggu Malvin sadar. Gia sedang bersama Malvin di UKS, untung tadi Rian cepat datang dan membawa Malvin kesini.

Raut wajah Gia tampak khawatir. Ia memandangi wajah Malvin dengan terperinci, entah kenapa wajah Malvin yang tenang seperti ini mengingatkannya pada seseorang.

Seseorang yang ia tunggu-tunggu itu.

Benar-benar mirip, apakah mungkin mereka orang yang sama?

Tetapi bagaimana bisa, Malvin seangkatan dengannya sedangkan orang itu adalah kakak kelasnya dulu. Ah mungkin hanya mirip.

Gia tersenyum melihat Malvin, Gia baru sadar jika Malvin begitu tampan. Pantas cowok itu memiliki banyak penggemar, tetapi mengapa Malvin justru mendekati Gia dan mencintai Gia?

Rasanya kapan-kapan Gia perlu bertanya alasannya.

Malvin mengerjap seraya membuka matanya. Ia merasa tenang karena sejak lama dokter di UKSnya bisa diajak kerjasama agar tidak memberitahu hal yang terjadi padanya kepada siapapun selain keluarganya.

Yang terpenting, jika ada Gia, gadis itu tidak khawatir.

Mata Malvin memutari seluruh ruangan dan menemukan Gia yang sedang duduk di sofa UKS. Untung saja dia sudah mengamankan semuanya."Gia..."

Gia yang sayup-sayup mendengar suara orang memanggilnya lantas mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kemudian bergidik ngeri karena tidak ada siapa-siapa, Malvin pun masih belum sadar.

Melihat Gia panik, Malvin menutup lagi matanya agar Gia semakin takut. Gia penakut, Malvin jadi ingin mengerjai gadis itu. Ia tersenyum, lalu tangannya mengetuk-ngetuk tabung oksigen sehingga berbunyi.

Tung...tung...tung.
Gia menengok ke belakang, tidak orang yang mengetuk pintu atau sebagainya. Tapi ia masih mengamati, mana tau ada orang jail yang mempermainkannya.

"Gia..."

Gia lantas kembali ke posisinya semula, kali ini ia memilih memainkan ponselnya sambil menggaruk-garuk tengkuknya. Kalau saja Rian tidak berpesan untuk menjaga Malvin sampai cowok itu kembali, Gia pasti sudah lari terbirit-birit dari UKS.

Malvin tertawa lepas karena berhasil menjahili Gia. Ia kelepasan. Gia langsung menatap ke arah Malvin.

"Ooh... jadi kamu yang jahilin aku?" Gia berdiri dan mendekati bangkar Malvin.

"Abisnya gemesin," ucap Malvin sambil tersenyum.

Gia duduk di kursi samping bangkar. Malvin juga berusaha duduk, ia bahkan meringis beberapa kali. "Masih sakit?"

"Kalo ada kamu, ilang," balas Malvin dengan tatapan menggoda Gia.

"Oh iya, aku mau nanya. Kamu sakit apa sih? Kok sering pingsan begini?"

Malvin menatap Gia dengan serius. "Tadi dokter bilang apa?"

"Kamu cuma kecapekan sama demam," jawab Gia.

"Yaudah, aku sakit itu."

Gia menatap Malvin dengan tatapan menyelidik. Ia menghembuskan napasnya, ada yang disembunyikan Malvin. "Sebodoh-bodohnya aku sekolah, Malvin, aku juga tau pingsan itu ada sebabnya selain kecapekan."

"Kemarin aku ke bandung, ke rumah nenek. Jadi aku kecapekan, udah gitu aja," jelas Malvin agar Gia tidak semakin penasaran

"Jadi kamu gak bales chat aku karena kamu ke bandung?"

"Iya, makanya aku minta maaf tadi pagi sama kamu. Aku tau aku salah, tapi mainin hati kamu itu gak mungkin."

"Kamu ngomong tadi pagi seolah-olah kamu meragukan aku," lanjut Malvin.

My MalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang