"Bang," panggil Gia.
Kevin berdeham sambil memainkan ponselnya. Ia mengetikkan beberapa kata lalu tersenyum dan menutup ponselnya.
Kemudian perhatiannya beralih pada Gia yang sedari tadi mendengus. Sepertinya adiknya itu kesal sekali. Kevin memang menanyakan letak rumah sakit Malvin, tapi bukan itu berarti pasti Kevin akan menjenguk Malvin 'kan?
Jadi salah Kevin dimana?
Gia merengut. Ia mendelik tajam ke arah Kevin. "Ngapain kita disini, kuker banget bang!"
Kevin tersenyum tipis. Ia bersidekap, lalu menatap datar pada kumpulan pria yang duduk di meja bawah pohon.
"Cari cowok baru sana!"
Gia mengikuti arah pandang Kevin lalu menaikkan alisnya. "Apasih?!"
"Kan yang lama udah mau mati," lanjut Kevin santai.
"Kok bang Kevin ngomong mati, mati, mati? Malvin masih hidup dan namanya juga mudah dipanggil gak perlu pake mati-mati segala."
Mata Kevin menatap Gia meledek. "Koma, kritis, itu maksudnya mau mati kan? Terus salahnya dimana?"
Gia mengangkat bahunya. "Terserah abang deh!"
Gia lalu meninggalkan Kevin dengan kesal. Ia menuju meja lain yang memang diletakkan di bawah pohon.
Kevin terkekeh sebentar dan menyusul Gia yang sudah duduk di kursi samping meja bawah pohon.
"Abang bercanda, Gia."
Gia tetap merengut.
"Ini itu taman tempat biasa anak-anak kampus nongkrong. Bukan untuk hal negatif, tapi tempat ngerjain tugas bareng, bikin kuliah alam terbuka mendadak, atau bisa juga bikin bazar."
Gia mulai tertarik, ia memfokuskan diri pada abangnya itu.
Kevin menatap Gia, ia tersenyum. "Abang berharap banget kamu bisa di kampus ini, jadi kamu bisa nongkrong disini. Sama kayak abang," jelas Kevin.
Mendengar itu, Gia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Kampus ini? Abangnya tidak salah bicara? Kampus abangnya adalah kampus swasta terbaik se indonesia. Tes masuknya saja susah, bagaimana selanjutnya Gia mengikuti pelajaran disana. Bisa-bisa ia mengulang terus setiap SKS.
Bibirnya kemudian terbuka dan menyengir lebar.
"Kalau itu, Gia harus usaha sama doa dulu, bang. Susah. Hehehe," balas Gia dengan cengirannya.
"Dasar."
OOO
"Ngapain deh kita kesini? Abang kali ini bener-bener kuker, deh!" Celetuk Gia begitu mobil Kevin berhenti melaju saat berada di depan toko bunga.
Ia menatap Kevin dengan tanda tanya.
"Beliin Malvin kamboja sana. Yang banyak. Abis itu kita ke makamnya."
"Hah?"
"Abang kok sekarang sadis sama Malvin? Dia itu lagi sakit loh bang," ujar Gia.
"Kemarin dia bikin kamu patah hati sampai menye-menye di kamar." Kevin menatap lurus.
"Enggak menye-menye," elak Gia.
Kevin melihat jam tangannya sekilas. "Buru! Abang harus ke kampus," peringat Kevin.
Gia mengangguk dan melompat turun dari mobil setelah pintunya terbuka.
OOO
KAMU SEDANG MEMBACA
My Malvin
Teen FictionCerita ini tentang masalalu Gia dan Malvin. Tetapi cerita ini juga tentang Gabrien yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Gia. Lantas, akhirnya siapa yang sebenarnya akan bersama Gia? Keduanya pesaing hebat. Maju anti mu...