Clara mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi lo yang namanya Gia?"
Gia hanya tersenyum tipis, lalu menjawab "iya."
Kedua gadis itu sedang duduk di ruangan Clara, hanya berdua. Tadi Malvin ijin untuk keluar sebentar dan ia malah menitipkan Gia disini, di kamar rawat Clara.
"Lo sama Malvin temenan udah lama, Clar?" Tanya Gia sambil memakan apel di tangannya. Gadis itu diberikan apel yang sudah dikupas oleh Malvin. Gia sempat menolak, mengingat yang sakit adalah Clara.
Teman? Apa sebelumnya Malvin menceritakan mereka hanya teman biasa."Kayaknya udah 5 bulan," jawab Clara.
"Ooh." Seru Gia.
Tangan kurus Clara menepuk pundak Gia. "Eh Gia, lo sama Malvin pacaran?"
Gia dengan cepat menggeleng. "Enggak."
"Malvin suka sama lo?"
Gia menggeleng lagi. "Gak tau," jawabnya lagi.
"Lo suka Malvin?"
Gia menyengir. "Enggak tahu juga."
Beberapa detik terjadi keheningan sampai Gia bersendawa pelan. Gadis itu pun mencari topik obrolan baru.
"Oh iya, lo sakit apa, Clar?" Tanya Gia. Menyadari Ia belum menanyakan keadaan Clara.
Tatapan Clara menyendu. "Liver, Gi," lirihnya.
Gia menutup mulutnya.
"Umur gue bahkan tinggal 3 bulan," lanjut Clara.
Tangan Gia menepuk—nepuk pelan pundak Clara. "Kita harus tetap optimis Clar, hidup itu berjalan terus karena optimis."
"Tapi cuma 3 bulan."
Gia tampak berpikir. "Lo pasti punya orang yang bisa bikin lo bahagia, setiap orang pasti punya. Dan manfaatin waktu itu sama dia supaya sisa hidup lo gak sia-sia Clar."
Clara terdiam. "Orang itu maunya lo bukan gue." Clara berbicara dalam lubuk hatinya.
Clara mengusaikan pikirannya dan mengangguk. "Iya punya."
Gia tersenyum tulus. Diam-diam Clara kagum akan kecantikan Gia dan juga kebaikan hatinya. Gia pasti adalah anak rumahan. Memang Malvin lebih cocok dengan seorang Gia dibanding dirinya
Tak lama Malvin kembali ke kamar rawat Calara dengan membawa satu bucket bunga. Ia meletakan bucket itu di pangkuan Gia. "Sesuai kesukaan kamu, bunga tulip."Cowok itu tersenyum.
"Yang sakit itu Clara, Malvin. Bunga buat Clara mana?"
Malvin melirik Clara. "Dia mah dijengukin cowok ganteng kayak aku udah seneng. Gak perlu bunga-bungaan," jawab Malvin percaya diri. "Yakan Clar?" Malvin memainkan alisnya.
Clara yang tak terima berceletuk cepat, "Dih, pede!"
Malvin merengut. "Berarti kalo dokter Gerald yang jenguk lo baru seneng?"
"Nah iya, itu fakta." dasar cewek. Berbeda yang dikatakan dengan yang dirasakan.
Malvin tak habis pikir dengan sikap Clara. Gadis itu tetap cuek dan sok jutek padanya. Padahal Malvin tahu Clara menyukai dirinya.
"Dokter Gerald siapa?" Tanya Gia bingung.
"PacarClara," sahut Malvin santai. Cowok itu sedang mendekati dispenser untuk mengambil segelas air.
Clara tampak ingin mengelak namun, "sekaligus dokter disini." Ia sadar harus membuat Gia merasa aman kali ini.
"Permisi," Sapa seseorang begitu memasuki ruangan Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Malvin
Teen FictionCerita ini tentang masalalu Gia dan Malvin. Tetapi cerita ini juga tentang Gabrien yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Gia. Lantas, akhirnya siapa yang sebenarnya akan bersama Gia? Keduanya pesaing hebat. Maju anti mu...