33. Pulang Sekolah

110 11 3
                                    


Bel berbunyi kencang setelah 2 menit yang lalu guru kimia menutup acara belajarnya di kelas Gia. Guru itu duduk sebentar sambil membereskan buku-bukunya, begitu pula seluruh penghuni kelas IX IPA 5.

Baru saja Gia bangkit dari duduknya, seseorang sudah menyoraki Gia sambil berlalu. "Bu ketua, pak ketua bilang, dia udah nunggu di parkiran. Buru!"

Gia mendengus. Dasar anggota ONAF, perlakuannya sesuka hati. Gia tahu ia pendek dan mereka itu lebih tinggi. 

Tangan Gia mengusap telinganya sambil terus melangkah menuju parkiran. Ia jadi kesal juga pada Gabrien.

"Mereka masih pacaran ternyata," bisik teman sekelas Gia pada temannya yang dari kelas lain saat berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.

Terdengar helaan napas. "Heuh kapan putusnya sih."

Gabrien menatap Gia datar saat gadis itu muncul dari balik koridor. "Kamu, lama," ucapnya memprotes. Dua kata itu seperti selalu menghiasi hari-hari Gia selama menjadi pacar sepihak Gabrien. Bahkan hampir setiap hari. Dan kebiaasannya tidak menggubris ucapan Gabrien itu.

Seperti saat ini contohnya, Gia sibuk memperbaiki telinganya yang terasa pengang.

"Kenapa?"

Gia mendelik tajam. "Lagi budek," ujarnya ketus.

Gabrien menatap aneh. Ia bingung dengan Gia, apa ia baru saja melakukan kesalahan lagi. Kenapa Gia harus seketus itu.

Melihat Gabrien terdiam, Gia memperjelas.

"Lagian kakak ngapain segala nyuruh ketua kelas buat bilangin kalo kakak udah nunggu di parkiran. Kalo kepepet banget kan bisa bilang lewat chat." Gia menghela napasnya dan mengambil helm yang sudah dipegangi oleh Gabrien.

Gabrien menatap wajah Gia. "Kenapa marah banget sih?"

"Lagi capek. Terserah kak," jawab Gia. Gabrien bingung setengah mati sekarang.

Gia menunggu Gabrien untuk naik ke atas jok dan menghidupkan motornya. Pulang secepatnya mungkin pilihan yang baik.

Tapi bukan itu yang terjadi. Cowok itu malah beringsut pergi ke gerbang depan sekolah. Gia tidak tahu apa yang sedang di lakukan cowok itu di gerbang sekolah. Ternyata, Gabrien menemui Haydar—ketua kelas Gia— untuk menarik cowok itu ke hadapan Gia.

"Kenapa nih kak?" Tanya sang ketua kelas yang juga anggota ONAF bingung.

Gia terang-terangan menatap Haydar tak suka. Sok tidak merasa bersalahnya itu membuat Gia semakin kesal setengah mati.

"Pacar, saya bilang ke dia karena saya mau semua orang tau kalau kamu masih pacar saya," jelas Gabrien.

Ingatkah kalian jika sebelumnya Gia marah karena sudah tiga hari Gabrien mengacuhkan gadis itu. Beberapa dari siswi smanfourseven melabeli itu dengan judul sudah putus karena Gabrien lelah dengan Gia. Untuk membendung kabar miring itu Gabrien membeberkan kalau ia dan Gia kembali akur lewat Haydar.

Tatapan mata Gabrien masih datar dan biasa namun bedanya kalimatnya lebih panjang. Jadi efek gak bicara selama tiga hari itu membuat Gabrien lebih pintar berbicara. Bagus juga.

"Jadi,"

"Apa yang maneh lakuin ke pacar saya?" Gabrien beralih bertanya pada Haydar dengan mata menyelidik.

Haydar menaikkan bahunya.

"Cih, gue budek nih!" Kesal Gia seraya menunjuk telinga kirinya.

Haydar membeo. "Ooh, sorry. Gue gak sengaja. Tadi pas nyampein pesan lo, gue teriak ke Gia. Gak tau kalo kena ke telinga," ucap Haydar menyadari kesalahannya.

My MalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang