3 tahun kemudian.
Seorang bocah berumur sepuluh tahun itu baru pulang dari sekolahnya, ia menekuk wajah nya cemberut saat pertama kali menginjakan kaki di rumah ini, ia sedang kesal, saat ini mood nya sedang buruk.
Seorang gadis kuliahan itu mengikuti bocah sekolah dasar itu dari belakang, ia menghela napas pelan melihat tingkah lucu bocah itu, bocah yang berstatus sebagai keponakan itu entah kenapa kesal kepadanya.
Bocah itu menghempaskan tubuh nya ke atas sofa, ia masih menatap tajam ke arah tantenya itu, walau pun yang di tatap bersikap biasa aja.
"Pokok nya Ravin ngambek loh sama Aunty!" katanya lantang.
Yap, bocah itu adalah Ravin, Ravin putra anggara putra sulung dari Kevin dan Amira, lalu tante yang ia maksud adalah Aisyah nadia, adik dari Kevin sewaktu di panti dulu.
Aisyah menatap heran saat Ravin bicara seperti itu, kedua alisnya saling bertautan, ia lantas mendekat dan duduk di dekat Ravin, namun Ravin menjauhkan posiai duduk nya itu.
Aisyah semakin bingung. "Kenapa jadi tante?" tanyanya bingung.
"Tante gak peka ish!" ucap Ravin semakin cemberut.
Aisyah semakin bingung. "Peka gimana? Tante gak paham loh!"
Ravin menghembuskan napas kasar. "Tante ngapain ngobrol sama guru nya Ravin tadi? Ravin sebel tau lihat tante ngobrol sama pak Andi tadi."
Otak Aisyah belum conect sepenuhnya, namun sesaat kemudian Aisyah terkekeh saat paham apa maksud perkataan Ravin tadi, Aisyah geleng-geleng kepala karna hapl itu.
"Kok ketawa? Aunty ngeledek Ravin ya?" tuding Ravin.
Aisyah geleng-geleng kepala lalu mencubit kedua pipi Ravin. "Gemesin banget sih Ravin nya tante!"
"Aws... Sakit Aunty."
Aisyah terkekeh melihat wajah cemberut Ravin, itu sangat lucu dan Aisyah sangat menyukai itu, bagi Aisyah ekpresi Ravin selalu gemesin baginya.
"Ya udah, maaf-maaf! Ravin mau maafin tante 'kan?" tanya Aisyah.
Ravin mengangguk. "Tapi ada syaratnya."
"Syarat?" ulang Aisyah. Ravin kembali mengangguk.
"Apa syarat nya?" tanya Aisyah bingung.
Ravin tersenyum tipis. "Tante gak boleh deket-deket sama pak Andi atau cowok lain kecuali Ravin. Janji?" Ravin mengangkat jari kelingking nya.
"Iya tante janji." Aisyah juga mengangkat jarinya, lalu menyatukan nya dengan jari kelingking imut Ravin.
"Jadi kita udah baikan?" tanya Aisyah memastikan.
Ravin mengangguk. "Oh ya satu lagi," katanya tiba-tiba.
"Ada lagi?"
"Heem." Ravin mengangguk. "Pokok nya Aunty harus nikah sama Ravin titik."
Aisyah langsung tercengang, Ravin sudah berbicara hal yang sedikit dewasa seperti itu. Ia juga bingung, dari mana Ravin mengetahui hal yang begituan, padahap Aisyah tidak pernah membicarakan hal seperti itu saat di depan Ravin.
"Janji Aunty?" Ravin kembali mengangkat jari kelingking nya.
Aisyah terkekeh lalu menyentil dahi Ravin. "Kamu masih kecil, gak boleh ngomongin masalah orang dewasa seperti itu."
"Ish, Aunty." Ravin kembali cemberut, ia lalu mengacungkan jari kelingking nya lagi. "Ravin serius loh, Aunty? Setelah Ravin dewasa nanti, ayok kita nikah!"
"Iya-iya ayok! Terserah Ravin aja," kekeh Aisyah.
"Janji?"
"Iya, tante janji."
Aisyah hanya menganggap ini sebagai candaan anak kecil, ia tidak berpikir panjang karna cuma menganggap semua itu gurauan semata, Aisyah hanya sekedar bercanda tanpa tau kedepan nya mereka akan jadi seperti apa.
Aisyah tidak sadar kalau takdir tuhan itu nyata. Ravin selalu mengingat janji itu sampai kapan pun dan setelah dewasa nanti janji yang di anggap candaan ini akan berbalik dan menyatukan mereka berdua.
Takdir itu nyata dan takdir tuhan itu telah di gariskan kepada mereka berdua.
* * *
EXTRA PART LAGI NIH!
CUMA ISENG INI MAH BUAT MENGISI WAKTU LUANG SAYA SEBAGAI PENULIS CERITA
WALAU CUMA BEBERAPA RATUS KATA, TAPI SEMOGA AJA KALIAN SEMUA SUKA.
...HAPPY READING...
..SEE YOU..
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU LOVE ✅ [SELESAI]
General Fiction( SELESAI ) PS: PART TIDAK LENGKAP. Takdir itu aneh ya ? Di saat aku baru saja putus, eh malah mau di nikahin sama om-om. *Curhatan seorang Amira zaskia. Niat hati mau nolongin seorang gadis, eh malah di sangka lagi mesum, mana di paksa nikah lagi s...